Berandasehat.id – Tubuh manusia memperoleh nutrisi terutama melalui makanan, sementara vitamin tertentu, seperti vitamin D, diserap dari sinar matahari. Dapatkah udara juga menjadi sumber nutrisi manusia?
Meskipun masih banyak yang belum diketahui tentang nutrisi di udara, sebuah penelitian menyelidiki benua ini lebih dalam konsep ‘aeronutrien’ dan mekanisme penyerapannya untuk kesehatan manusia.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Advances in Nutrition, para peneliti menciptakan istilah ‘aeronutrien’ untuk menggambarkan nutrisi yang bermanfaat di udara.

Nutrisi yang terbawa udara ini meliputi vitamin, asam lemak, dan mineral, yang menurut penelitian tersebut diserap melalui dua jalur utama: sistem pernapasan dan jalur penciuman.
Pengaruhi kesehatan jangka panjang
Manusia menghirup sekitar 9.000 liter udara setiap hari, yang berarti sekitar 438 juta liter selama seumur hidup. Mengingat hal ini, komponen udara yang kita hirup dapat mempengaruhi kesehatan jangka panjang.
Meskipun sebagian besar penelitian difokuskan pada efek berbahaya dari polusi udara, udara di sekitar kita mungkin tidak hanya membawa polutan tetapi juga nutrisi penting, seperti vitamin, asam lemak, dan mineral, yang dapat mendukung kesehatan kita.
Riset pada 1960-an menunjukkan bagaimana yodium di udara diserap ke dalam tubuh. Para peneliti menemukan bahwa pekerja binatu yang terpapar yodium di udara memiliki kadar mineral yang lebih tinggi dalam darah dan urin mereka.
Namun penelitian tersebut tidak menentukan jalur masuknya yodium ke dalam tubuh.
Bukti juga menunjukkan bahwa tukang las yang terpapar kadar mangan yang lebih tinggi di udara memiliki kadar mangan yang berbahaya dalam tubuhnya.
Sebuah penelitian terbaru di Irlandia menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di dekat daerah pesisir dengan kadar rumput laut yang tinggi memiliki kadar yodium yang jauh lebih tinggi dalam urin dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pesisir dengan kadar rumput laut yang lebih sedikit atau daerah pedesaan – meskipun tidak ada perubahan dalam asupan yodium mereka melalui makanan.
Penelitian tersebut juga mengeksplorasi peran bakteri yang terbawa udara, yang disebut ‘aeromikrob,’ yang dapat membantu menjaga keragaman mikrobiota di saluran pernapasan dan pencernaan.
Para peneliti percaya bahwa kedua konsep ini memiliki makna yang signifikan bagi penduduk kota dan mereka yang memiliki akses terbatas ke alam, seperti astronot yang menghabiskan waktu lama di udara yang sangat tersaring yang mungkin kekurangan aeronutrien dan aeromikroba.
Kemungkinan bahwa udara segar berkontribusi terhadap nutrisi dan kesehatan manusia dapat merangsang evaluasi ulang pedoman yang berkaitan dengan nutrisi dan akses ke lingkungan alam dan akan membuka jalan baru bagi penyelidikan ilmiah, simpul peneliti. (BS)