Berandasehat.id – Ketika dunia berusaha pulih dari dampak pandemi COVID-19, kini muncul ancaman baru di Afrika yang telah merenggut hampir 150 nyawa.
Pejabat kesehatan, termasuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sedang menyelidiki penyakit misterius itu dengan gejala seperti flu yang telah menewaskan puluhan orang di Kongo barat daya.
Penyakit yang masih belum teridentifikasi itu, muncul dengan gejala seperti demam, sakit kepala, batuk, dan anemia, mengakibatkan sekitar 143 kematian selama dua minggu pada November silam di zona kesehatan Panzi di provinsi Kwango, Kongo, menurut wakil gubernur provinsi Rémy Saki.
Tim kesehatan dari WHO berada di lapangan dan bekerja sama dengan pejabat kesehatan setempat untuk menyelidiki penyakit itu.
“Kami telah mengirim tim ke daerah terpencil untuk mengumpulkan sampel untuk penyelidikan laboratorium,” kata juru bicara WHO Tarik Jašarević, seperti dilansir NBC News.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), yang berkantor di Kongo juga menawarkan dukungan teknis kepada tim tanggap cepat yang dikirim oleh pusat operasi darurat setempat. Namun, situasi tetap mengkhawatirkan karena infeksi terus meningkat.

Di Panzi, daerah pedesaan, banyak orang meninggal di rumah tanpa menerima pengobatan dan perawatan yang tepat, menurut laporan pejabat setempat.
Pejabat kesehatan mendesak masyarakat untuk segera melaporkan penyakit yang mencurigakan atau kematian yang tidak dapat dijelaskan. Mereka merekomendasikan untuk menghindari kontak langsung dengan jenazah yang memiliki gejala, dengan hanya otoritas kesehatan yang berwenang yang menangani kasus tersebut.
Sementara itu, masyarakat diminta untuk menghindari pertemuan massal dan memprioritaskan praktik kebersihan dasar, seperti sering mencuci tangan dengan sabun dan air.
Meskipun meningkatnya tingkat infeksi penyakit yang tidak diketahui dapat mengkhawatirkan, pakar kesehatan seperti Anne Rimoin, seorang ahli epidemiologi di University of California, Los Angeles, menekankan pentingnya tetap tenang.
“Penting untuk menyadari apa yang terjadi, dan saya pikir juga sangat penting untuk tidak panik sampai kita memiliki lebih banyak informasi,” kata Rimoin, yang telah bekerja di Kongo sejak 2002 kepada NBC News.
Dia menambahkan, (penyakit itu) bisa jadi apa saja. “Bisa jadi influenza, bisa jadi Ebola, bisa jadi Marburg, bisa jadi meningitis, bisa jadi campak. Saat ini, kami benar-benar belum tahu,” tandas Rimoin. (BS)