Berandasehat.id – Penumpukan lemak di sekitar pinggang sering dianggap sebagai faktor risiko bagi penderita diabetes. Lantas, apakah ukuran pinggang yang lebih kecil selalu menunjukkan kesehatan yang lebih baik?
Para peneliti telah menemukan bahwa, dalam beberapa kasus, lingkar pinggang yang lebih besar sebenarnya dapat membantu mengurangi risiko kematian bagi penderita diabetes.
Setelah memeriksa data kelangsungan hidup sekitar 6.600 orang dewasa AS dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) dengan diabetes, para peneliti dari sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hubungan antara lingkar pinggang dan risiko kematian tidak linier.
Itu berarti risiko berubah dalam pola yang lebih kompleks, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kelamin.
Bagi wanita penderita diabetes, hubungan antara ukuran pinggang dan risiko kematian mengikuti bentuk U, dengan risiko terendah sekitar 42 inci (107 cm), jauh lebih tinggi daripada yang biasanya dianggap sehat.

Namun, untuk setiap sentimeter tambahan di atas ini, risiko kematian meningkat sebesar 4%, dan untuk setiap sentimeter di bawahnya, risiko meningkat sebesar 3%.
Pada pria, kurva berbentuk J, dengan risiko kematian terendah sekitar 35 inci (89 cm). Risiko meningkat sebesar 6% untuk setiap sentimeter di bawah ambang batas ini dan 3% untuk setiap sentimeter di atasnya.
Namun, menurut pedoman klinis saat ini, lingkar pinggang 35 inci (88 cm) dianggap obesitas sentral bagi wanita, sedangkan untuk pria, lingkar pinggang 40 inci (102 cm).
Oleh karena itu, para peneliti percaya bahwa temuan mereka menunjukkan fenomena yang disebut ‘paradoks obesitas’.
Konsep tersebut mengacu pada gagasan bahwa, dalam beberapa kasus, kelebihan berat badan atau memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dari biasanya dapat memberikan beberapa manfaat perlindungan.
Namun, temuan tersebut tidak berarti bahwa memiliki lingkar pinggang yang lebih besar selalu lebih baik, dan para peneliti tidak menyarankan semua pasien diabetes menambah berat badan di sekitar lingkar pinggang.
Penting untuk dicatat bahwa penelitian tersebut hanya berfokus pada bagaimana lingkar pinggang mempengaruhi risiko kematian pada pasien diabetes tanpa mempertimbangkan hasil kesehatan lainnya.
Selain itu, karena penelitian tersebut bersifat observasional, riset tersebut belum menetapkan hubungan sebab-akibat antara lingkar pinggang dan risiko kematian.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki mekanisme yang mendasarinya, bukannya mempromosikan anggapan yang terbentuk sebelumnya tentang lingkar pinggang yang optimal, peneliti menekankan.
Temuan tersebut telah dipublikasikan di Chronic Metabolic Disease. (BS)