Berandasehat.id – Sejumlah orang mengandalkan secangkir teh untuk memulai hari atau bersantai di sore hari. Dikenal karena manfaatnya bagi kesehatan, teh merupakan minuman pokok sehari-hari di beberapa rumah tangga.

Namun, sebuah penelitian baru-baru ini telah mengungkap risiko tersembunyi yang mengejutkan dari minum teh, khususnya teh celup: Mikroplastik yang meresap ke dalam minuman dari kantong teh itu sendiri.

Para peneliti menganalisis kantong teh yang terbuat dari berbagai bahan seperti nilon-6, polipropilena, dan selulosa dan menemukan bahwa satu kantong teh dapat melepaskan lebih dari 8 juta partikel nanoplastik ke dalam minuman selama proses penyeduhan.

Di antara bahan-bahan ini, kantong teh yang terbuat dari polipropilena melepaskan jumlah tertinggi, sekitar 1,2 miliar partikel per mililiter, menurut hasil yang dipublikasikan di Chemosphere.

“Kami telah berhasil mengkarakterisasi polutan ini secara inovatif dengan serangkaian teknik mutakhir – merupakan alat yang sangat penting untuk memajukan penelitian tentang kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan manusia,” kata peneliti Universitat Autònoma de Barcelona Alba Garcia dalam rilis media.

Meskipun mengejutkan, temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan bagaimana kombinasi plastik dan panas tinggi dapat menyebabkan mikroplastik meresap ke dalam makanan dan minuman.

Peneliti mengungkap, komposisi polimer MNPL (mikro/nanoplastik) secara signifikan mempengaruhi interaksi biologisnya, yang mengarah pada penargetan dan efek yang bervariasi pada organ, jaringan, dan sel.

Ilustrasi secangkir teh celup (dok. ist)

Perbedaan ini dapat mengakibatkan pola akumulasi tertentu, profil toksisitas, respons imun, dan efek kesehatan jangka panjang seperti genotoksisitas dan karsinogenisitas.

Penelitian terbaru ini juga meneliti bagaimana berbagai jenis sel usus merespons nanoplastik, dengan mencatat bahwa beberapa menyerap lebih banyak partikel daripada yang lain.

Pada sel penghasil lendir, tingkat penyerapan cukup bagi plastik untuk mencapai inti sel.

Berdasarkan temuan ini, para peneliti menekankan perlunya metode yang konsisten untuk mengukur bagaimana mikro dan nanoplastik dilepaskan dan potensi efek toksiknya.

Mereka juga menyarankan bahwa kebijakan regulasi harus difokuskan pada pengurangan kontaminasi plastik pada bahan yang bersentuhan dengan makanan.

Secara keseluruhan, temuan itu berkontribusi pada semakin banyaknya bukti tentang sifat polusi plastik yang meluas dan implikasi potensialnya terhadap kesehatan manusia.

Karena penggunaan plastik dalam kemasan makanan terus meningkat, penelitian ilmiah dan pembuatan kebijakan harus mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh kontaminasi MNPL untuk memastikan keamanan pangan dan kesejahteraan konsumen, simpul peneliti. (BS)