Berandasehat.id – Bagi yang terbiasa mengonsumsi bubuk protein untuk membentuk otot, sebaiknya berhati-hati. Pasalnya bubuk protein yang dijual bebas memiliki kadar timbal dan logam berat seperti kadmium yang melebihi peraturan keamanan pangan pemerintah, menurut laporan yang dikeluarkan oleh Clean Label Project, sebuah lembaga nirlaba keselamatan konsumen.
Rata-rata, bubuk protein organik yang diuji menunjukkan timbal tiga kali lebih banyak dan dua kali lipat jumlah kadmium daripada produk non-organik, kata laporan itu.
Bubuk rasa cokelat yang diuji menunjukkan timbal empat kali lebih banyak daripada vanila dan hingga 110 kali lebih banyak kadmium, kata laporan itu.
EPA mengatakan tidak ada kadar timbal yang aman untuk dikonsumsi manusia. Kadmium bersifat karsinogen dan beracun bagi jantung, ginjal, usus, otak, pernapasan, dan sistem reproduksi tubuh.
“Studi ini berfungsi sebagai peringatan bagi konsumen, produsen, pengecer, dan regulator,” kata laporan CLP.

“Dengan kurangnya peraturan federal yang komprehensif yang secara khusus membahas logam berat dalam suplemen makanan, sangat penting bagi industri untuk secara independen mengambil tindakan proaktif,” sebut laporan tersebut.
Catatan positifnya, laporan CLP menemukan kadar bisfenol yang lebih rendah dibandingkan dengan studi tahun 2018.
Bisfenol adalah pengganggu hormon yang terkait dengan kelainan janin dan masalah lain pada anak kecil. Studi tersebut menemukan bisfenol dalam tiga dari 160 produk bubuk protein, dibandingkan dengan 55% dalam studi sebelumnya.
Laporan tersebut mengatakan para peneliti menguji 160 produk dari 70 merek terlaris, yang mewakili 83% pasar.
Asosiasi industri yang mewakili produsen suplemen mengatakan laporan Clean Label Project tidak memberikan transparansi yang cukup tentang kriteria yang digunakan untuk ambang batas kontaminasi, menurut CNN.
“Tanpa kejelasan tersebut, konsumen dan pemangku kepentingan industri tidak dapat sepenuhnya mengevaluasi validitas klaim,” Andrea Wong, wakil presiden senior urusan ilmiah dan peraturan untuk Council for Responsible Nutrition, mengatakan kepada CNN. (BS)