Berandasehat.id – Menimbang diagnosis ADHD terus meningkat di Amerika Serikat, para peneliti telah mengungkap hubungan yang meresahkan antara gangguan perilaku dan berkurangnya harapan hidup. Dampaknya bervariasi antara pria dan wanita.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum yang mempengaruhi anak-anak. Kondisi ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kinerja akademis, prestasi profesional, hubungan interpersonal, dan fungsi sehari-hari.
Dalam sebuah studi skala besar yang diterbitkan di The British Journal of Psychiatry, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 300.000 peserta dengan ADHD, membandingkannya dengan kelompok serupa tanpa kondisi tersebut untuk memahami dampaknya terhadap umur panjang.
Temuan tersebut mengungkap bahwa pria dengan ADHD mengalami pengurangan harapan hidup 4,5 hingga 9 tahun, sementara wanita menghadapi pengurangan 6,5 hingga 11 tahun.
“Sangat memprihatinkan bahwa beberapa orang dewasa yang didiagnosis ADHD menjalani hidup lebih pendek dari yang seharusnya,” kata penulis senior, Profesor Josh Stott dalam rilis berita.
Orang dengan ADHD memiliki banyak kekuatan dan dapat berkembang dengan dukungan dan perawatan yang tepat. Namun, mereka sering kekurangan dukungan dan lebih mungkin mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dan pengucilan sosial, yang berdampak negatif pada kesehatan dan harga diri mereka, lanjut Profesor Josh Stott.

Para peneliti juga mencatat bahwa hanya sebagian kecil dari total populasi orang dewasa dengan ADHD yang dapat dipelajari karena kurang dari satu dari sembilan orang dewasa dengan ADHD telah didiagnosis.
“Kami tahu dari studi tentang ciri-ciri di masyarakat dan dari studi diagnosis masa kanak-kanak bahwa tingkat ADHD dalam sampel kami hanya sebagian kecil dari yang seharusnya,” Profesor Stott menambahkan.
Karena kondisi tersebut sering tidak terdiagnosis, terutama pada orang dewasa, penelitian baru ini mungkin ‘melebih-lebihkan’ pengurangan harapan hidup bagi mereka yang memiliki kondisi tersebut.
Temuan penelitian mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke geografi atau pengaturan lain, para peneliti memperingatkan.
Selain itu, karena penelitian ini belum mengevaluasi data tentang penyebab kematian tertentu, tidak mungkin untuk secara langsung menghubungkan tahun-tahun kehidupan yang hilang dengan berbagai faktor.
Namun, tim ilmuan mencatat bahwa kematian dini pada pasien ADHD dapat disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan kebutuhan dukungan dan perawatan yang tidak terpenuhi dalam hal ADHD dan kondisi kesehatan mental dan fisik yang terjadi bersamaan. (BS)