Berandasehat.id – Obesitas merupakan masalah kesehatan global yang kian meresahkan. Angka kegemukan terus meningkat sehingga memicu kecemasan akibat dampak jangka panjang akibat bencana yang sebenarnya bisa dikendalikan ini.

World Obesity Atlas 2024 menyebut jumlah orang dewasa gemuk diperkirakan naik dari 0,81 miliar pada 2020 menjadi 1,53 miliar pada tahun 2035.

Di Indonesia, data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan prevalensi obesitas pada penduduk berusia di atas 18 tahun meningkat dari 21,8% pada tahun 2018 menjadi 23,4% pada 2023.

Tiga provinsi dengan angka obesitas tertinggi adalah DKI Jakarta (31,8%), Papua (31,3%), dan
Sulawesi Utara (30,6%).

Salah satu faktor utama penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik. Gaya hidup sedentari, alias malas gerak seperti menonton televisi, bekerja di depan komputer, dan bermain game tanpa diselingi aktivitas
fisik, berkontribusi signifikan terhadap peningkatan berat badan.

Fanny Himawan, Marketing Manager, Omron Healthcare Indonesia (dok. Berandasehat.id)

Di sisi lain, kemajuan teknologi yang
memudahkan kehidupan sehari-hari juga mengurangi kebutuhan akan aktivitas fisik.

Pemantauan komposisi tubuh bisa menjadi salah satu cara untuk mengelola berat badan, juga sebagai langkah krusial dalam mengurangi risiko penyakit terkait obesitas.

“Timbangan digital dari Omron Healthcare dirancang untuk melengkapi program diet dan olahraga. Alat ini dapat mencatat hasil
pengukuran untuk empat profil sehingga dapat memantau perkembangan setiap pengguna,” tutur Fanny Himawan, Marketing Manager, Omron Healthcare Indonesia dalam temu media di Jakarta, baru-baru ini.

Tidak seperti timbangan biasa yang hanya mengukur berat badan, timbangan digital Omron dilengkapi fitur Body Composition Monitor (BCM), sehingga mampu menilai komposisi tubuh secara detail, termasuk persentase lemak, massa otot, dan massa tulang.

“Informasi ini penting untuk memantau perubahan komposisi tubuh seiring waktu dan memastikan bahwa upaya penurunan
berat badan tidak mengorbankan massa otot,” beber Fanny.

Perlu diketahui bahwa otot, pembuluh darah, dan tulang adalah jaringan tubuh yang mengandung kadar air yang tinggi dan mudah menghantarkan listrik, sedangkan lemak tubuh adalah jaringan yang menyimpan sedikit air, sehingga memiliki konduktivitas listrik yang rendah.

Dengan menggunakan metode Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA), BCM mengirimkan arus listrik rendah melalui tubuh untuk menentukan jumlah air dalam setiap jaringan.

Bersamaan dengan informasi tinggi badan, berat badan, usia, dan jenis kelamin, alat ini dapat memberikan analisis komprehensif mengenai komposisi tubuh manusia.

“Dengan fitur ini, pengguna dapat membuat keputusan yang lebih tepat mengenai pola makan, olahraga, dan gaya hidup untuk mengendalikan berat badan,” lanjut Fanny.

Monitor komposisi tubuh penting untuk kendalikan kenaikan berat badan (dok. Berandasehat.id)

Timbangan digital Omron itu juga memiliki fitur pengukuran usia tubuh yang dihitung dengan menggunakan persentase berat dan
lemak tubuh untuk menilai apakah usia tubuh seseorang di atas  atau di bawah rata-rata untuk usia yang sebenarnya.

Di Indonesia, Omron menawarkan berbagai model BCM, seperti HBF-214, HBF-222T, dan HBF-375 (Karada Scan).

Model HBF-222T dilengkapi dengan konektivitas Bluetooth yang memungkinkan
pengguna mengirim data langsung ke aplikasi Omron Connect di smartphone, memudahkan
pemantauan program manajemen berat badan hanya dengan sentuhan jari.

Singkat kata, dengan memanfaatkan BCM dari Omron, setiap orang dapat mengambil langkah proaktif dalam menjaga kesehatan dan mengurangi risiko penyakit terkait obesitas. (BS)