Berandasehat.id – Perubahan gaya hidup pada era digital sangat mempengaruhi kesehatan mata. Waktu layar yang sangat intensif dengan durasi yang panjang membuat perubahan dinamika mata dalam berkedip, seperti frekuensi yang berkurang atau proses berkedip yang tidak sempurna.
Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus sindrom mata kering.
“Mata kering bukan berarti tidak ada air mata. Kondisi mata kering bisa membuat mata terasa pedas sehingga kita cenderung menguceknya hingga keluar air mata,” kata Ketua Dry Eye Service JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. dr. Nina Asrini Noor, SpM dalam temu media di JEC Kedoya Jakarta, Sabtu (22/2/2025).
Bersifat multifaktorial, dry eye merupakan penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan dan kestabilan komponen air mata, serta kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.
Gejala yang dirasakan penderita umumnya dimulai dengan mata yang tidak nyaman – seperti mengganjal, sering merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, serta kerap mengucek mata.
Ada sejumlah faktor penyebab mata kering, di antaranya usia lanjut. “Usia di atas 50 tahun berisiko mengalami mata kering, juga wanita yang telah menopause,” kata dr. Nina.

Perempuan lebih rentan mengalami mata kering dibanding pria. “Mayoritas 60 persen dry eye di atas usia 50 tahun dialami perempuan,” ujarnya.
Lebih lanjut dr. Nina menyampaikan, mata kering juga dipengaruhi hormon, dalam hal ini androgen dan estrogen yang bertugas mengatur keseimbangan produksi air mata. Selain itu, riasan mata yang tidak terjaga kebersihan bisa mempengaruhi distribusi dan fungsi air mata.
Hal lain yang mempengaruhi mata kering adalah faktor lingkungan, di antaranya asap rokok, AC, juga riwayat penyakit seperti diabetes dan autoimun, serta pemakaian obat tertentu.
Pemakaian lensa kontak dalam waktu lama intensif menggunakan gawai juga berpotensi memicu mata keting.
Jika tak ditangani dengan baik, dry eye dapat menurunkan kualitas hidup karena tidak dapat beraktivitas dengan optimal akibat kondisi mata tidak nyaman.
“Selain itu orang dengan mata kering juga tergantung pada obat, yaitu berupa obat tetes mata yang harus dibawa ke mana saja karena sewaktu-waktu dibutuhkan,” kata dr. Nina.
Dia mengingatkan, mata kering yang diabaikan bisa memicu kerusakan permukaan mata akibat peradangan/infeksi, yang bersifat ringan sampai berat, temporer atau permanen.
Ada sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mencegah mata kering, di antaranya hindari riasan mata yang menutup kelenjar air mata, jangan menggunakan lensa kontak yang tidak sesuai anjuran dokter. “Hindari paparan AC terlalu lama, juga istirahatkan mata saat harus bekerja menggunakan komputer/gawai,” saran dr. Nina.
Bagi yang mengalami mata kering, terapi kompres hangat di kelopak mata bisa membantu meringankan gejala. “Pastikan menjaga kebersihan kelopak mata, konsumsi air cukup, ubah kebiasaan mengatur aktivitas yang butuh atensi visual seperti membaca atau memakai gadget/komputer,” lanjut dr. Nina.
Spa untuk mata kering
Terkait penanganan mata kering, JEC Eye Hospitals and Clinics, melalui salah satu cabangnya, RS Mata JEC @ Kedoya meluncurkan layanan terbaru, Dry Eye Spa.
Mengombinasikan terapi medis dan pengalaman relaksasi layaknya spa, JEC Dry Eye Spa menawarkan pendekatan baru untuk penanganan mata kering dan memberikan kenyamanan pada mata.
“Peluncuran Dry Eye Spa tidak hanya berfokus pada penanganan mata kering secara medis – yang menjadi keunggulan utama JEC, tetapi juga menawarkan relaksasi layaknya spa yang memberikan kenyamanan pada mata dengan segera,” beber dr. Nina.
Sebelum penentuan tindakan terapi, pasien akan ditangani tim medis ahli dan dokter sub spesialis dry eye terlebih dahulu.
Setelah pemeriksaan menyeluruh, pasien akan mendapatkan terapi menggunakan alat steam atomizer, berupa masker mata berteknologi terdepan.

Steam atomizer akan menghasilkan getaran ultrasonic untuk meng-atomisasi larutan khusus, kemudian mengubah kandungannya menjadi molekul halus berupa droplet – yang mampu meresap ke permukaan mata. Mata pasien seolah merasakan sensasi sejuk yang memberikan kenyamanan secara langsung.
“JEC Dry Eye Spa tidak hanya membantu mengatasi gejala mata kering seperti mata mengganjal atau berpasir, hingga nyeri atau perih, tetapi juga menjaga kelembaban alami mata,” terang dr. Nina.
Terapi rutin setiap dua pekan sangat membantu untuk mencegah memburuknya dry eye sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup sehari-hari, tandasnya.
“Melalui Dry Eye Spa, kami berupaya menciptakan pendekatan baru perawatan mata kering yang nyaman dan menenangkan bagi pasien. Dengan suasana yang lebih santai, diharapkan pasien merasa rileks selama menjalani terapi sehingga hasil perawatan menjadi lebih optimal,” imbuh Dr. Jenny Darmawan, MARS, Wakil Direktur Medik dan Keperawatan RS Mata JEC @ Kedoya. (BS)