Berandasehat.id – Sekitar 2-3 juta jemaah haji dan umrah datang dari seluruh dunia per tahun. Tingginya jumlah jemaah meningkatkan risiko penularan penyakit saat ibadah haji dan umrah.
Studi menyebut adanya risiko penularan penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti influenza, coronavirus, hingga RSV (Respiratory Syncytial Virus) antar jemaah haji maupun umrah.
Dalam tujuh tahun terakhir terjadi tren peningkatan jamaah haji lansia dengan usia 65 tahun ke atas dimana pada 2024 sebanyak 21% jemaah adalah lansia.
Ada 461 jemaah haji yang wafat di Arab Saudi pada operasional haji tahun 2024. Mayoritas jemaah yang wafat berada pada rentang usia 71 tahun ke atas mencapai 207 jemaah, menurut Data Pusat Kesehatan Haji.

Hal lain yang perlu dicatat, lansia umumnya mengalami penurunan kekebalan terkait usia yang membuat semakin rentan terhadap infeksi, salah satunya RSV. Kelompok usia yang paling banyak terkena kasus tersebut adalah lansia dengan kondisi penyakit kronis.
Untuk mencegah penularan RSV pada jamaah umrah dan haji, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) berkolaborasi dengan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI) dan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI serta didukung oleh GSK Indonesia mengeluarkan Panduan Penatalaksanaan Penyakit Paru dan Pernapasan bagi Petugas Kesehatan Haji dan Umrah.
Melalui panduan ini, petugas kesehatan dan masyarakat diharapkan dapat mengenali rekomendasi terbaru untuk pencegahan penyakit pernapasan menular sebelum melakukan ibadah haji dan umrah.
“RSV ditemukan sebagai salah satu infeksi saluran pernapasan selama haji tahunan, dan untuk mencegahnya kini sudah ada rekomendasi vaksin RSV. Di Saudi Arabia vaksin ini menjadi program imunisasi nasional untuk penduduk berusia 60 tahun ke atas,” kata Prof. Dr. Tjandra Yoga SpP(K), MARS, DT&H, DTCE FISR, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam temu media di Jakarta, Rabu (26/2/2025).
Di Indonesia, PDPI telah mengeluarkan panduan penatalaksanaan penyakit paru dan pernapasan bagi petugas kesehatan haji dan umrah.
Lebih lanjut Prof Yoga mengatakan, pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti lansia, dapat menularkan virus sampai dengan empat minggu.
Dia menyebut, Panduan Penatalaksanaan Penyakit Paru dan Pernapasan bagi Petugas Kesehatan Haji dan Umrah yang dirilis PDPI juga mencantumkan rekomendasi vaksinasi untuk meningokokus, influenza, pneumokokus dan RSV.
Vaksinasi tersebut memberikan perlindungan bagi para jemaah, contohnya selama dalam pesawat, jemaah menjadi rentan tertular virus karena berada di dalam ruangan terutup lebih dari 8 jam.
Sementara itu dr. Mohammad Imran, MKM, Ketua Tim Kerja Pemeriksaan Kesehatan Haji mendorong jamaah haji dan umrah melakukan konsultasi kepada tenaga medis sebelum keberangkatan ibadah untuk meningkatkan perlindungan terhadap ISPA – salah satunya disebabkan oleh RSV di tanah suci.
Sejumlah upaya yang dapat dilakukan oleh individu untuk mencegah penyebaran RSV, di antaranya tertib menggunakan masker, menerapkan kebersihan pribadi seperti menutup mulut saat batuk atau bersin.
“Tindakan preventif seperti vaksinasi menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit dan menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis,” beber dr. Imran
Beban penyakit tinggi
Saat ini, RSV telah dikaitkan dengan beban penyakit yang tinggi, terutama pada lansia. Selain itu, lansia dengan kondisi tertentu seperti gagal jantung kongestif, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) memiliki risiko rawat inap, berkembang jadi pneumonia, bahkan tingkat kematian yang lebih tinggi jika terinfeksi RSV.

Kelompok peserta dengan usia di atas 60 tahun umumnya mengalami penurunan kekebalan terkait usia yang membuat semakin rentan terhadap infeksi penyakit, salah satunya RSV.
“Mengingat tingginya angka morbiditas dan mortilitas terkait infeksi RSV pada kelompok dewasa usia lanjut, penting bagi kita untuk memprioritaskan vaksinasi terutama pada individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk mereka yang sudah lansia dan memiliki kondisi medis kronis,” ujar Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. K.F.R. MARS. AIFO-K dari Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia.
Manishkumar Munot, Presiden Direktur GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia berkomitmen dalam pencegahan dan pengobatan penyakit melalui penyediaan vaksin dan obat- obatan inovatif. “Setiap tahun, vaksinasi berperan penting dalam mencegah sekitar 3.5-5 juta kematian di seluruh dunia,” ujarnya. (BS)