Berandasehat.id – Obesitas menjadi masalah kesehatan yang kompleks dan mahal yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor ini meliputi perilaku kesehatan, stres, kondisi kesehatan dan pengobatan, gen, kurang tidur, mikrobioma usus, dan akses ke makanan yang terjangkau.
Faktor lain yang berkontribusi pada obesitas adalah tempat yang aman untuk beraktivitas, akses ke perawatan kesehatan, dan lingkungan tempat tinggal.
Seringnya, obesitas disebabkan oleh faktor bawaan, fisiologis, dan lingkungan, dikombinasikan dengan pilihan pola makan, aktivitas fisik, dan olahraga.
Obesitas menjadi masalah serius yang perlu selekasnya ditanggulangi bersama. “Obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik tapi juga pada masalah sosial dan ekonomi,” kata Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan dalam temu media yang dihelat Nutrifood bersama Kemenkes san Badan POM di Jakarta, Selasa (4/3/2025).

Orang dikatakan obesitas/gemuk jika BMI (indeks massa tubuh) menunjukkan sama atau di atas 30 pada orang dewasa.
Dalam paparannya dr. Nadia menyampaikan, sekira 1,9 miliar orang diprediksi akan mengalami kegemukan pada 2035. Beban obesitas terhadap perekonomian juga tak main-main. “Angkanya mencapai US$4.32 triliun merupakan perkiraan dampak kelebihan berat badan dan obesitas terhadap perekonomian global pada tahun 2035,” terangnya.
Telah diketahui bahwa obesitas merupakan faktor risiko antara terjadinya penyakit tidak menular dan merupakan faktor risiko penyebab kematian kelima tertinggi. Selain itu, obesitas juga meningkatkan risiko hampir dua kali lipat mengalami diabetes melitus, serta hampir empat kali berisiko mengalami komorbid diabetes melitus-hipertensi.
Di Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan, dari 8% di tahun 2007 menjadi 21,8% di tahun 2018.
Obesitas merupakan masalah kompleks. Setelah orang menjadi gemuk, tubuh mereka bekerja secara otomatis untuk mempertahankan berat badan tersebut, sehingga sulit untuk menurunkan berat badan secara berkelanjutan dan jangka panjang. Oleh karena itu, lebih mudah untuk mencegah orang menjadi gemuk sejak awal.
Cermati konsumsi pangan untuk cegah obesitas
Obesitas dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat sejak dini, antara lain dengan mencermati pola konsumsi gula, garam dan lemak.
Tindakan lain untuk mencegah obesitas adalah baca label kemasan pada kemasan pangan olahan dan latihan fisik secara rutin.
Sayangnya, banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya membaca label kemasan dengan cermat, terutama terkait kandungan gula, garam, dan lemak dalam pangan olahan,” kata Dwiana Andayani, Direktur Standarisasi Pangan Olahan, Badan POM RI.
Badan POM telah menetapkan regulasi yang mewajibkan pencantuman informasi nilai gizi pada kemasan produk. Untuk itu masyarakat didorong membiasakan memperhatikan Informasi Nilai Gizi yang mencantumkan jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi utama seperti lemak, lemak jenuh, protein, dan karbohidrat (termasuk gula), serta persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) per sajian.
“Label Front-of-Pack Nutrition Labelling dan pesan kesehatan pada kemasan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang lebih sehat,” imbuh Dwiana.
Menurut panduan yang diterbitkan Kemenkea, idealnya dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan).
Pentingnya literasi nilai gizi
Bertepatan dengan Hari Obesitas Sedunia, Nutrifood mengajak masyarakat meningkatkan literasi nilai gizi pada makanan kemasan dan memahami bahan tambahan pangan pada makanan untuk cegah obesitas.

Tahun ini Hari Obesitas Sedunia 2025 mengusung tema Changing Systems, Healthier Lives, mengajak semua pihak untuk bersama-sama memperhatikan sistem yang mempengaruhi obesitas serta mengupayakan penanggulangan kegemukan.
“Nutrifood telah memimpin kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013, untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, lemak dan membaca label kemasan agar orang semakin banyak orang terhindar dari risiko obesitas,” kata Susana, Head of Strategic Marketing Nutrifood.
Last but not least Nadia menekankan bahwa pengendalian obesitas dapat berjalan efektif jika kebijakan pemerintah didukung oleh partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. “Masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah disediakan pemerintah untuk mendukung gaya hidup sehat,” tandasnya. (BS)