Berandasehat.id – Penyakit ginjal kronis (PGK) masih menjadi tantangan kesehatan global. Diperkirakan lebih dari 800 juta orang di dunia, atau lebih dari 10% populasi global, mengalami PGK. 

Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebut prevalensi PGK mencapai 0,38% atau 3,8 orang per 1000 penduduk. 

Pada 2040, PGK diproyeksi menjadi penyebab kematian terbanyak kelima secara global. Terlebih, banyak penyandang baru menyadari bahwa mereka terjangkit PGK ketika sudah mencapai tahap lanjut.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, menyampaikan ada lima tahap PGK. Dikatakan, PGK merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang sudah berlangsung selama minimal tiga bulan, dengan dampak pada kesehatan,walaupun sering tidak bergejala dan tidak dirasakan. Namun PGK akan berlanjut terus dan sifatnya progresif.

Ilustrasi penampang ginjal (dok. ist)

Perkembangan PGK dapat diprediksi melalui tingkat Laju Filtrasi Glomerulus (LFG= Glumerulo Filtration Rate (GFR) dan pengukuran rasio albumin dan kreatinin di dalam urin (UACR). Salah satu kelompok yang paling berisiko adalah pasien dengan diabetes tipe 2, dengan sekitar 40% di antaranya mengalami komplikasi PGK ini. 

Sayangnya, banyak penyandangnya tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami PGK hingga sudah mencapai tahapan lanjut. “Banyak pasien yang baru mengetahui kondisi mereka ketika ginjalnya sudah mengalami kerusakan signifikan (tahap 4 – 5). Padahal, jika dideteksi dan ditangani lebih awal, risiko progresi ke gagal ginjal bisa dikurangi,” ujar dr. Tunggul dalam temu media di Jakarta, baru-baru ini.

Faktanya, hingga 80 persen kasus PGK sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diperlambat dengan intervensi yang tepat.

Penyandang diabetes tipe 2 berpotensi mengalami PGK jika tidak mendapatkan terapi yang tepat sejak dini. Untuk itu deteksi dini kesehatan ginjal perlu dilakukan agar terhindar dari PGK yang dapat berujung pada dialisis (cuci darah) dan transplantasi ginjal.

“Masih banyak pasien diabetes tipe 2 yang belum menyadari bagaimana memelihara kesehatan ginjal dan apa yang perlu dilakukan bila kemudian fungsi ginjalnya menurun,” ujar dr. Tunggul.

Lebih lanjut dr. Tunggul menyampaikan, deteksi dini untuk menjaga kesehatan ginjal dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana, yakni memeriksa urin (UACR)  dan darah (ureum, kreatinin).

Pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kreatinin darah dan rasio albumin-kreatinin urin (UACR) menjadi upaya penting untuk mendeteksi adanya PGK sejak dini.

Selain deteksi dini, pendekatan pengobatan yang komprehensif juga dibutuhkan untuk mencegah PGK. Pengobatan standar PGK yaitu mengendalikan faktor-faktor risiko/penyebab mencakup pengaturan  diet/asupan makanan (metabolik) dan pengendalian tekanan darah (hemodinamik).

Inovasi perlambat perkembangan PGK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah menghadirkan berbagai solusi inovatif yang dapat membantu memperlambat perkembangan PGK, terutama pada pasien diabetes tipe 2.

Dalam beberapa tahun terakhir studi telah menunjukkan bahwa peradangan dan fibrosis (kerusakan) berperan besar dalam mempercepat kerusakan ginjal. Menurut dr. Tunggul, strategi terapi yang menargetkan mekanisme ini menjadi salah satu langkah penting dalam pengelolaan PGK.

Menurutnya, Finerenone, sebagai terapi obat inovatif, dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam memperlambat perkembangan PGK pada pasien diabetes tipe 2, dengan cara menghambat reseptor mineralokortikoid. Aktivasi berlebih dari reseptor ini diketahui berkontribusi terhadap peradangan dan fibrosis (kerusakan) ginjal, yang mempercepat perkembangan PGK.

Dengan menghambat proses tersebut, Finerenone membantu menghambat peradangan dan fibrosis yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH (dok. ist)

Studi juga menunjukkan bahwa terapi ini secara efektif menurunkan kadar albumin dalam urin sebesar 31% dalam empat bulan sehingga dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap perlindungan ginjal. 

Berdasarkan penelitian American Society of Nephrology (ASN) Kidney Week 2021, terapi obat dengan Finerenone menunjukkan penurunan risiko progresi PGK pada pasien diabetes tipe 2 serta mampu menurunkan risiko kejadian dialisis sebesar 36%. 

Pedoman klinis internasional terbaru untuk manajemen PGK dengan diabetes tipe 2 seperti ADA, KDIGO, AACE, dan ESC merekomendasikan kombinasi terapi obat dengan Finerenone untuk mengurangi risiko secara optimal sebagai salah satu pilar pengobatan utama.

Finerenone merupakan Mineralocorticoid Receptor Antagonist (MRA) nonsteroid pertama dari Bayer yang disetujui Badan POM untuk PGK (dengan albuminuria) yang berhubungan dengan diabetes tipe 2 pada orang dewasa. (BS)