Berandasehat.id – Kekurangan zat besi pada anak harus menjadi perhatian serius berbagai pihak. Penelitian terbaru the South East Asian Nutrition Survey II Indonesia (SEANUTS II) menunjukkan bahwa sebagian besar anak Indonesia tidak memenuhi asupan zat besi yang direkomendasikan.

Diketahui, rata-rata konsumsi asupan zat besi anak Indonesia hanya 65,8 persen dari Angka Kebutuhan Gizi (AKG) yang disarankan. Fakta menunjukkan 1 dari 3 anak Indonesia berisiko kekurangan zat besi.

Disampaikan Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, untuk memenuhi asupan zat besi yang optimal, dapat dilakukan dengan memberikan asupan gizi seimbang yang banyak bersumber dari protein hewani yang kaya zat besi.

“Selain itu, untuk memaksimalkan penyerapan zat besi dalam tubuh, juga dibutuhkan vitamin C. Konsumsi zat besi yang disertai dengan vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat,” kata dr. Dian dalam temu media yang dihelat SGM Eksplor di Jakarta, Senin (17/3/2025).

Ilustrasi daging merah dan secangkir teh (dok. ist)

Zat besi umumnya dibedakan dua jenis ditilik dari sumbernya, yaitu heme (dari hewani) dan non-heme (nabati). Sumber non heme umumnya lebih sulit diserap sehingga perlu bantuan vitamin C untuk memudahkan penyerapan.

Selain itu, ada faktor lain yang menyulitkan penyerapan zat besi, di antaranya asam fitat dan polifenol. Asam fitat banyak ditemukan di produk kacang-kacangan, dan biji-bijian berminyak seperti gandum, jagung, kedelai, kacang almond, kacang kenari, dan sebagainya.

“Asam fitat dan polifenol dapat mengikat mineral seperti zat besi terutama yang berasal dari sumber makanan nabati sehingga memghambat penyerapan zat besi oleh tubuh,” imbuh dr. Dian.

Untuk meminimalkan efek penghambatan penyerapan zat besi, disarankan untuk menghindari konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan ini bersamaan.

Dr Dian menyarankan, konsumsi daging sebaiknya jangan bersamaan dengan minum teh agar kandungan zat besi pada daging tidak terhambat penyerapannya oleh zat aktif pada teh. “Atau bisa juga dilakukan jeda dalam satu hingga dua jam,” ujarnya.

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak, bisa juga dipertimbangkan untuk melengkapinya dengan sumber nutrisi yang difortifikasi, seperti susu pertumbuhan yang dilengkapi dengan zat besi dan vitamin C. 

Studi menunjukkan bahwa berdasarkan perbandingan nilai gizi yang tercantum pada kemasan, susu pertumbuhan terfortifikasi memiliki kandungan nutrisi penting yang lebih banyak seperti zat besi, vitamin C, DHA, minyak ikan, dibanding susu cair yang beredar di pasaran.

Daya pikir optimal

Zat besi juga salah satu nutrisi yang wajib untuk dipenuhi guna mendukung daya pikir yang optimal. Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak menyadari dampak buruk apabila anak kekurangan zat besi. Sebuah survei menunjukkan bahwa 50 persen ibu tidak tahu bahwa kekurangan zat besi dapat berdampak pada kepintaran anak.

Terkait kecerdasan, dr. Dian mengatakan perkembangan otak anak tergantung pada asupan nutrisi yang dikonsumsi. Selain DHA, zat besi juga merupakan salah satu mikro nutrisi penting yang harus terpenuhi pada masa 5 tahun pertama kehidupan anak untuk mengoptimalkan kepintarannya terutama fokus dan memori belajar.

“Karenanya orang tua harus mewaspadai kekurangan zat besi pada anak, karena kondisi tersebut dapat menghambat perkembangan psikomotor dan mengganggu daya pikir anak,” tutur spesialis gizi klinik itu.

Selain itu, orang tua juga perlu untuk melakukan skrining faktor risiko kurang zat besi secara rutin sebagai salah satu upaya penting untuk pencegahan dan deteksi dini masalah kekurangan zat besi anak.

Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi berbagi wawasan manfaat zat besi bagi anak (dok. ist)

SGM Eksplor juga mendukung upaya deteksi dini zat besi secara rutin melalui Kalkulator Zat Besi, alat bantu non-medis untuk deteksi dini faktor risiko kekurangan zat besi pertama di Indonesia dan hasilnya bisa diketahui hanya kurang dari 3 menit.

“Kalkulator Zat Besi dapat digunakan secara mandiri dan dapat dijadikan sebagai alat pemantauan berkala sebelum pemeriksaan selanjutnya oleh pelayan kesehatan,” ujar Amir Aziz, Brand Manager SGM Eksplor.

Amir menyampaikan, selama 2025, SGM Eksplor berkomitmen melakukan deteksi dini kekurangan zat besi pada 1,5 juta anak.

SGM Eksplor jugabmendampingi orang tua yang membutuhkan informasi mengenai nutrisi dan kecukupan zat besimelalui kerjasama dengan Nutri-Care Experts yang terdiri dari profesional dengan latar belakang ilmu gizi, kebidanan, dan keperawatan. Layanan Nutri-Care Expert ini dapat diakses 24/7 via telepon ataupun media sosial. (BS)