Berandasehat.id – Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua, sekira12% populasi Indonesia adalah lansia pada 2024 dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada 2050. Tingginya populasi lansia di Indonesia menunjukkan pentingnya vaksinasi sebagai perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

Sayangnya, cakupan imunisasi dewasa di Indonesia saat ini masih sangat rendah hanya 0,5 per 1.000 populasi. Padahal, ada empat belas penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi pada orang dewasa yang salah satunya adalah herpes zoster atau cacar api.

Cacar api disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella zoster,  virus yang sama menyebabkan cacar air.

Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus tersebut menjadi dorman dalam saraf tubuh dan dapat mengalami reaktivasi kembali menjadi cacar api di kemudian hari.

Data menyebut, sekira 9 dari 10 individu dewasa berusia di atas 50 tahun sudah memiliki virus yang menyebabkan cacar api. Akibatnya 1 dari 3 orang  individu dewasa berisiko terkena cacar api selama hidupnya.

Cacar api umumnya muncul sebagai ruam menyakitkan dan gatal pada satu sisi tubuh atau wajah dan ruam tersebut dapat sembuh dalam jangka waktu dua sampai empat minggu.

Ilustrasi cacar api (dok. Ist)

Saat ini, ketersediaan data mengenai cacar api di Indonesia masih terbatas. Namun demikian perempuan diketahui memiliki risiko terkena cacar api jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Menurut DR. dr. Sukamto, Sp.PD-KAI, Dokter Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik, faktor kemungkinannya adalah perempuan memiliki usia harapan hidup lebih panjang. “Karena usia harapan hidup lebih panjang maka prevalensi ditemukan cacar api juga lebih banyak,” ujarnya di sela diskusi media dan pemaparan White Paper Vaksinasi Dewasa dan Lansia di Indonesia Terfokus pada Herpes Zoster di Jakarta, Kamis (20/3/2025).

Selain itu, perempuan dipandang lebih emosional yang berpengaruh pada sistem imun. “Perempuan lebih mudah cemas, sedih, stres yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Saat kekebalan menurun, reaktivasi virus herpes zoster bisa terjadi,” imbuh dr. Sukamto.

Faktor lain adalah hormonal yang membuat wanita lebih rentan terkena infeksi virus. “Mendekati menstruasi biasanya wanita mudah sakit, misalnya flu. Faktor genetik juga menentukan wanita lebih rentan terhadap reaktivasi virus herpes zoster,” lanjutnya.

Kesempatan sama, DR. Dr. Hanny Nilasari,Sp.D.V.E, Subsp.Ven, FINSDV, FAADV menambahkan, wanita memang memiliki risiko lebih besar terkena herpes zoster. “Terutama karena faktor usia panjang dan fluktuasi hormonal. Fluktuasi itu sangat beragam dalam sehari bisa mencapai lebih dari 50 persen,” tuturnya.

Reaktivasi virus cacar air itu akan bermanifestasi di sejumlah lokasi. “Yang perlu diwaspadai adalah lokasi di wajah yang bisa munculkan komplikasi sangat beragam,” terang Ketua Umum Perdoski periode 2024-2027.

Untuk meminimalkan lansia terkena herpes zoster, langkah yang perlu ditempuh adakah melakukan vaksinasi sebagai langkah pencegahan. “Vaksin herpes zoster sesuai izin edar Badan POM bisa digunakan pada usia 18 tahun ke atas dan lansia, terutama yang berisiko lebih besar mengalami reaktivasi virus antara lain karena ada penyakit penyerta (komorbid), orang dengan sistem kekebalan lemah atau pasien autoimun yang mengonsumsi obat imunsupresan,” ujar dr. Sukamto.

Konsultan Alergi Imunologi Klinik itu menambahkan, saat lansia umumnya ambang kekebalan menurun. “Fungsi suntikan vaksin itu untuk meningkatkan ambang kekebalan yang menurun, umumnya pada lansia,” jabarnya.

Data menyebut vaksinasi herpes zoster tak perlu diulang. “Sampai sejauh ini 11 tahun pengamatan longitudinal vaksin belum ada rekomendasi untuk pengulangan vaksin herpes zoster,” imbuh dr. Sukamto seraya menyampaikan lansia aman melakukan vaksinasi dewasa ini di bulan Ramadan.

White Paper vaksinasi herpes zoster

Data terkait herpes zoster di Indonesia masih rendah. Untuk memenuhi kebutuhan data penyakit cacar api sekaligus membantu pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas akses cakupan imunisasi dewasa di Indonesia, Kalta Bina Insani (KBI) telah melakukan kajian yang berfokus pada pentingnya imunisasi orang dewasa dan lansia
sebagai upaya pencegahan penyakit seperti herpes zoster.

Metode kajian meliputi tinjauan literatur, analisis data sekunder penyakit herpes zoster berdasarkan data klaim BPJS Kesehatan dari tahun 2015 hingga 2022, wawancara mendalam, dan Focus Group Disscussion (FGD) dengan pemerintah pusat/lembaga terkait dan asosiasi medis.

“Hasil kajian tersebut berupa White Paper yang dapat digunakan oleh pemangku kepentingan, khususnya pembuat kebijakan, sebagai rekomendasi untuk implementasi program imunisasi dewasa yang strategis untuk lansia yang sehat dan produktif,” ujar dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, selaku Konsultan Senior Ekonomi Kesehatan, KBI Consulting & Training.

Di dalam White Paper disampaikan bahwa herpes zoster yang merupakan reaktivasi dari virus Varicella zoster, yakni virus yang menyebabkan varicella (cacar air) termasuk dalam 144 penyakit yang harus diselesaikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Hasil analisis sampel 1% Data Klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menunjukkan bahwa 28 dari 10.000 peserta JKN di antaranya terdiagnosis herpes zoster di FKTP selama tahun 2015-2022.

Selain itu, terdapat 10 provinsi di Indonesia yang memiliki angka kejadian kasus cacar api tertinggi seperti provinsi Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Timur, Sumatera Barat, Gorontalo, Riau dan DKI Jakarta.

“Tingginya kasus cacar api di wilayah tersebut kemungkinan karena populasi lansia yang tinggi di daerah tersebut dan juga sistem pelaporan kasus yang mungkin lebih baik dari daerah lain,” terang dr. Hasbullah.

“Perlu diketahui bahwa data yang
kami olah hanya 1% dari data klaim JKN dimana hasil masih jauh dari beban yang sebenarnya terjadi di lapangan,” dia menambahkan.

Beban klaim tinggi

Beban penyakit cacar api juga tergambarkan dari biaya klaim yang dibayarkan oleh JKN untuk perawatan penyakit ini di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Total klaim tertinggi terjadi pada tahun 2021 yaitu sebesar Rp19,3 miliar untuk rawat inap dan Rp7,8 miliar untuk rawat jalan.

Diskusi mengenai pencegahan cacar api dengan vaksinasi (dok. ist)

Sementara itu, biaya klaim per individu untuk satu kali rawat inap berkisar hingga Rp10 juta dan satu kali rawat jalan berkisar hingga Rp3 juta.

Karenanya, diperlukan kolaborasi bersama antara pemerintah, instansi medis, tenaga kesehatan, dan swasta dalam meningkatkan upaya pencegahan penyakit agar tidak menjadi beban berkelanjutan bagi pemerintah, pasien dan keluarganya.

Kesempatan sama, Reswita Dery Gisriani, selaku Communication, Government Affairs & Market Access Director, GSK Indonesia menyampaikan bahwa vaksinasi pada orang dewasa dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kualitas hidup, bahkan dalam beberapa kasus dapat menekan angka risiko rawat inap hingga setengah kalinya dan menekan angka kematian hingga sepertiganya.

Diperkirakan, setiap investasi yang pemerintah lakukan untuk vaksinasi dewasa dapat mengembalikan empat kai nilai investasi awal. Sebagai contoh studi di Eropa, sebesar €1 untuk vaksinasi bagi orang dewasa di atas usia 50 tahun dapat menghasilkan pengembalian sebesar €4.

“Hal ini disebabkan oleh dampak dari pertumbuhan ekonomi produktivitas, partisipasi tenaga kerja, serta terhadap sistem pajak dan pensiun,” ujar Reswita. (BS)