Berandasehat.id – Riset psikologi terdahulu menunjukkan bahwa orang yang berbeda menunjukkan pola karakteristik pikiran, emosi, dan perilaku spontan tertentu. Pola-pola ini membuat otak individu yang berbeda menjadi unik, sampai-sampai ahli saraf sering kali dapat membedakannya berdasarkan aktivitas sarafnya.
Peneliti di McGill University, University of Cambridge, dan lembaga lainnya baru-baru ini melakukan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bagaimana anestesi umum memengaruhi tanda-tanda aktivitas saraf unik yang menjadi ciri otak orang dan hewan yang berbeda.
Temuan yang dipublikasikan di Nature Human Behavior menunjukkan bahwa anestesi/bius umum menekan pola konektivitas fungsional unik setiap otak (koneksi dan pola komunikasi antara berbagai wilayah otak), baik pada manusia maupun spesies lain.
“Setiap orang unik, mereka berpikir, merasakan, dan bertindak dengan cara yang unik,” kata Andrea Luppi, penulis pertama makalah tersebut, kepada Medical Xpress.
“Keunikan ini berasal dari otak kita. Cara area otak berinteraksi satu sama lain unik untuk setiap individu: dapat digunakan seperti sidik jari otak,” ujarnya. “Namun, saat kita kehilangan kesadaran, misalnya selama tidur nyenyak, rasa menjadi ‘Anda’ hilang.”

“Jadi, pertanyaan kami adalah: apa yang terjadi pada sidik jari otak saat kita kehilangan kesadaran, seperti selama tidur buatan yang disebabkan oleh anestesi umum,” Luppi menambahkan.
Untuk mengeksplorasi efek anestesi pada pola konektivitas fungsional otak, Luppi dan rekan-rekannya menggunakan teknik pencitraan yang umum digunakan dalam penelitian ilmu saraf yang disebut pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI). Teknik ini memungkinkan ahli saraf untuk memantau aktivitas berbagai wilayah otak dari waktu ke waktu dan secara tidak invasif, dengan mengukur perubahan aliran darah.
Tim mengumpulkan pemindaian fMRI dari relawan manusia yang sehat sebelum anestesi umum, kemudian saat mereka tidak sadar karena anestesi, dan kemudian lagi setelah mereka sadar kembali.
Untuk setiap pemindaian, peneliti mengukur ‘konektivitas fungsional’: representasi tentang bagaimana wilayah otak berinteraksi. “Kami menggunakan konektivitas fungsional ini untuk mendapatkan ‘sidik jari otak’, yang memberi tahu seberapa mudah atau sulitnya membedakan orang berdasarkan aktivitas otak mereka,” ujar Luppi.
Yang menarik, pemindaian fMRI yang dikumpulkan oleh para peneliti menunjukkan bahwa aktivitas otak orang-orang saat mereka berada di bawah pengaruh anestesi ditekan. Faktanya, anestesi membuat orang hampir mustahil untuk dibedakan satu sama lain hanya dengan memeriksa aktivitas otak mereka, yang mungkin terjadi saat mereka masih sadar.
“Sebaliknya, dengan menggunakan sidik jari otak, sangat mudah untuk membedakan orang saat mereka sadar,” kata Luppi.
Efek itu tidak seragam di otak, sebut Luppi. “Efek ini paling kuat di bagian otak yang unik bagi manusia dan sebagian besar membedakan kita dari spesies lain. Implikasinya adalah bahwa seperti halnya pengalaman sadar sendiri yang unik bagi Anda, demikian pula pola otak yang mendukungnya. Ketika kesadaran hilang, aktivitas otak manusia juga tidak lagi unik,” tuturnya.
Luppi dan rekan-rekannya mengumpulkan wawasan baru yang menarik tentang efek anestesi umum pada otak dan pola aktivitas sarafnya yang unik.
Di masa mendatang, hasil penelitian mereka dapat menginspirasi penelitian lintas spesies lebih lanjut yang mengamati otak sebelum, selama, dan setelah pemberian anestesi, yang pada gilirannya dapat menginformasikan pengembangan intervensi untuk memfasilitasi rehabilitasi manusia dan hewan setelah prosedur medis yang memerlukan anestesi, dilaporkan Science x Network. (BS)