Berandasehat.id – Zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan rasa, memperpanjang masa simpan, dan memperbaiki tekstur dalam makanan olahan mungkin selama ini dikaitkan dengan gangguan metabolisme termasuk diabetes, tetapi bahaya sebenarnya terletak pada kombinasi yang kita konsumsi tanpa kita sadari.

Para peneliti kini telah menentukan kombinasi zat aditif makanan yang tepat yang dapat meningkatkan risiko diabetes.

Penelitian sebelumnya telah menyoroti risiko kesehatan jangka panjang dari zat aditif seperti pengemulsi dan pemanis buatan, namun hanya sedikit yang dipahami tentang bagaimana bahan-bahan ini berinteraksi dan memengaruhi tubuh saat dikonsumsi bersama.

Dalam sebuah penelitian inovatif baru-baru ini, para peneliti menganalisis data ekstensif dari lebih dari 108.000 orang dewasa yang berpartisipasi dalam kelompok NutriNet-Santé Prancis, sebuah proyek besar yang didedikasikan untuk memahami dampak makanan terhadap kesehatan. Tujuannya untuk mengidentifikasi kombinasi zat aditif makanan yang paling umum dan mengeksplorasi potensi hubungannya dengan diabetes tipe 2.

“Dalam kehidupan nyata, kita mengonsumsi campuran zat aditif,” kata Mathilde Touvier, yang ikut menulis penelitian tersebut.

Setelah menganalisis catatan pola makan peserta, para peneliti mengidentifikasi lima campuran utama zat aditif yang umumnya dikonsumsi bersama. Kombinasi ini terjadi karena beberapa zat aditif umumnya ditemukan bersama dalam makanan olahan, atau karena orang cenderung mengonsumsi makanan tertentu bersama-sama, yang menyebabkan mengonsumsi zat aditif ini pada saat yang bersamaan.

Peneliti kemudian mencatat bahwa dua dari lima campuran tersebut dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi, terlepas dari kualitas pola makan atau faktor gaya hidup, sementara tiga lainnya tidak menunjukkan hubungan tersebut.

Campuran berbahaya pertama yang diidentifikasi menggabungkan beberapa pengemulsi (pati yang dimodifikasi, pektin, gom guar, karagenan, polifosfat, gom xantan), pengawet (kalium sorbat), dan zat pewarna (kurkumin). Zat aditif ini umumnya ditemukan dalam makanan olahan seperti kaldu, dessert susu, lemak, dan saus.

Campuran berikutnya terutama terdiri dari zat aditif dalam minuman dan soda yang dimaniskan secara artifisial, termasuk pengasaman (asam sitrat, asam fosfat), zat pewarna (karamel, antosianin), pemanis (asesulfame-K, aspartam), pengemulsi (gum arab, pektin), dan zat pelapis (lilin carnauba).

Marie Payen de la Garanderie, penulis pertama studi mengatakan studi ini menjadi yang pertama memperkirakan paparan campuran zat aditif makanan dalam kelompok besar populasi umum dan menganalisis hubungannya dengan kejadian diabetes tipe 2.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa beberapa zat aditif yang ada dalam banyak produk sering dikonsumsi bersamaan dan bahwa campuran tertentu dikaitkan dengan risiko penyakit diabetes yang lebih tinggi. “Oleh karena itu, zat-zat ini dapat menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yang membuka jalan bagi strategi untuk mencegah diabetes tipe 2,” kata Marie Payen de la Garanderie.

Karena studi ini bersifat observasional, para peneliti memperingatkan bahwa temuan tersebut tidak menunjukkan hubungan sebab dan akibat. (BS)