Berandasehat.id – Gangguan mata juga bisa terjadi pada anak. Data menyebut, sekira 90 juta anak dan remaja di seluruh dunia (usia 0-19 tahun) hidup dengan gangguan penglihatan. Sementara di Indonesia, menurut Kemenkes, prevalensi gangguan penglihatan pada anak usia sekolah 5-19 tahun diperkirakan mencapai 10 persen.

Menurut Dr. Gusti G Suardana, SpM(K), Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics, perawatan kesehatan mata sejak dini merupakan investasi untuk masa depan anak. “Gangguan penglihatan yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan tepat pada masa balita dapat berdampak jangka panjang. Tidak hanya pada perkembangan penglihatan, tetapi juga pada kemampuan belajar, sosialisasi, dan kualitas hidup anak hingga dewasa,” ujarnya.

Deteksi dan intervensi dini sangat krusial mengingat sistem penglihatan anak berkembang pesat hingga usia delapan tahun. “Penanganan setelah periode kritis ini memberikan hasil kurang baik dan sering kali bersifat permanen,” imbuhnya.

Kesehatan mata anak di Indonesia memang masih perlu mendapat perhatian khusus. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menyebut 0,6 persen anak Indonesia berusia di atas 1 tahun ternyata mengidap disabilitas penglihatan. Dari persentase tersebut, 11,7 persen bahkan perlu menggunakan alat bantu lihat.

Ilustrasi pemeriksaan mata anak (dok. Ist)

Penyebab utama masalah penglihatan itu mencakup kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, retinopati prematuritas, katarak, kelainan okular bawaan, jaringan parut pada kornea, dan gangguan penglihatan serebral. Jika tidak ditangani, kondisi-kondisi tersebut dapat menghambat tumbuh kembang anak secara signifikan

Memahami situasi ini, JEC Eye Hospitals and Clinics membuka Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di RS Mata JEC @ Kedoya. Dengan fasilitas yang diperbarui, pusat layanan ini menjadi one-stop service kesehatan mata anak pertama di Indonesia, menawarkan solusi terpadu dan komprehensif untuk penanganan berbagai gangguan penglihatan sejak bayi hingga remaja.

Menurut Gusti Suardana, perawatan mata anak membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, terintegrasi, dan ramah anak. “Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa. Banyak aspek yang perlu diperhatikan: mulai dari kenyamanan anak, keterlibatan orang tua, hingga kesiapan fasilitas medis dan tenaga profesional yang terlatih khusus,” terangnya.

JEC CESC kini hadir sebagai one-stop service, yang memungkinkan pasien anak mendapatkan penanganan mata secara komprehensif, mulai dari pemeriksaan awal, diagnosis, hingga terapi lanjutan—semua dalam satu atap, tanpa berpindah lokasi.

Sebagai pusat layanan mata anak, CESC JEC diperkuat teknologi diagnostik canggih, meliputi RetCam Screening untuk deteksi dini Retinopati Prematuritas (ROP) pada bayi prematur; Autorefraktometer Pediatrik –  untuk pemeriksaan gangguan refraksi tanpa memerlukan respons verbal anak; dan Synoptophore Test – untuk mengukur sudut strabismus (mata juling) guna penanganan yang lebih akurat. (BS)