Berandasehat.id – Sementara para ilmuwan dan pakar kesehatan berjuang keras untuk menemukan jawaban atas meningkatnya jumlah kasus Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), sebuah studi terkini menawarkan petunjuk dari arah yang tak terduga.

Para peneliti mengungkap bahwa diabetes gestasional, masalah kesehatan selama kehamilan yang meningkat secara global dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan saraf pada anak-anak.

Diabetes gestasional, suatu kondisi yang menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol selama kehamilan merupakan komplikasi yang cukup umum yang memengaruhi sekitar 14% ibu hamil di seluruh dunia.

Di Amerika Serikat, kasus meningkat dari 6,0% pada tahun 2016 menjadi 8,3% pada tahun 2021, menurut CDC.

Diabetes selama kehamilan dapat disebabkan oleh usia ibu yang lebih tua, peningkatan indeks massa tubuh (BMI), gaya hidup yang tidak banyak bergerak, dan perubahan kriteria diagnostik.

Diabetes gestasional telah diketahui berdampak pada kesehatan ibu dan anak, meningkatkan risiko ibu terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari dan meningkatkan risiko kenaikan berat badan yang berlebihan pada anak-anak, kelahiran prematur, dan bahkan lahir mati.

Penelitian telah menunjukkan bahwa diabetes ibu dapat memengaruhi perkembangan otak janin.

Berdasarkan bukti ini, sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology melaporkan kemungkinan hubungan antara diabetes gestasional dan gangguan perkembangan saraf pada anak-anak. Studi menemukan bahwa mereka yang terpapar kondisi tersebut 28% lebih mungkin didiagnosis dengan gangguan seperti ADHD, autisme, dan disabilitas intelektual lainnya.

Penelitian skala besar tersebut menganalisis data gabungan dari 202 penelitian yang mencakup 56 juta kehamilan di seluruh dunia dan menemukan bahwa diabetes ibu meningkatkan risiko semua jenis gangguan perkembangan saraf, khususnya autisme sebesar 25%, ADHD sebesar 30%, dan disabilitas intelektual sebesar 32%.

Anak-anak yang lahir dari ibu hamil dengan diabetes gestasional memiliki risiko gangguan komunikasi sebesar 20% lebih tinggi, risiko gangguan motorik sebesar 17% lebih tinggi, dan risiko gangguan belajar sebesar 16%.

Pengungkapan menarik lainnya adalah bahwa waktu diagnosis diabetes juga berperan. Anak-anak yang ibunya menderita diabetes pra-gestasional (diabetes sebelum kehamilan), memiliki hubungan yang lebih kuat dengan gangguan ini, risikonya 39% lebih tinggi, dibandingkan dengan risiko diabetes gestasional yang lebih besat 18%.

Namun, penting untuk dicatat bahwa para peneliti hanya mengidentifikasi hubungan, dan penelitian ini tidak menetapkan kausalitas/hubungan langsung.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mengapa gangguan perkembangan saraf tertentu lebih kuat dipengaruhi oleh diabetes gestasional dan bagaimana waktu timbulnya diabetes selama kehamilan berperan.

Para peneliti juga perlu mengeksplorasi bagaimana manajemen gula darah yang lebih baik selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko diabetes gestasional. (BS)