Berandasehat.id – Meningkatnya stres yang dirasakan dapat menyebabkan memburuknya gejala pernapasan dan penurunan kualitas hidup pada orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), menurut sebuah studi baru.
Stres yang dirasakan digunakan untuk menggambarkan seberapa kewalahan atau stres yang dirasakan seseorang berdasarkan pemahaman pribadi mereka terhadap situasi tersebut.
Ini melibatkan faktor psikososial, bersama dengan kesepian, isolasi sosial, dan dukungan emosional, yang telah terbukti memengaruhi hasil kesehatan pada orang dengan penyakit kronis.
PPOK adalah penyakit peradangan paru, terdiri dari beberapa kondisi, termasuk bronkitis kronis dan emfisema, dan dapat disebabkan oleh genetika dan iritan seperti asap atau polusi.
PPOK memengaruhi lebih dari 30 juta orang Amerika dan merupakan penyebab kematian terbanyak keempat di seluruh dunia.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Chronic Obstructive Pulmonary Diseases: Journal of the COPD Foundation edisi Maret 2025, mengevaluasi data dari studi Comparing Urban and Rural Effects of Poverty on COPD (CURE COPD), yang meneliti bagaimana obesitas, pola makan yang buruk, dan kualitas udara dalam ruangan memengaruhi mantan perokok dengan COPD yang tinggal di daerah perkotaan berpendapatan rendah.

Para penulis meneliti hubungan antara stres yang dirasakan pada kesehatan pernapasan dan pada aktivasi trombosit, stres oksidatif, dan peradangan sistemik, proses biologis yang dapat berkontribusi pada COPD.
“Terdapat peningkatan bukti bahwa faktor psikososial, termasuk stres yang dirasakan, dikaitkan dengan gejala pernapasan yang memburuk pada orang dengan COPD,” kata Obiageli Lynda Offor, M.D., MPH, Pulmonary and Critical Care Fellow di Johns Hopkins Medicine di Baltimore, dan penulis utama studi tersebut.
Aktivasi trombosit, yang dapat berkontribusi pada peradangan, dan stres oksidatif, yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan, juga dipengaruhi oleh peningkatan stres yang dirasakan, imbuh Offor.
Meskipun studi itu hanya meneliti sekelompok kecil pasien, hasilnya menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut tentang dampak stres terhadap kesehatan pernapasan dan pentingnya menangani faktor psikososial untuk membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang. (BS)