Berandasehat.id – Seiring meningkatnya kasus COVID-19 di beberapa wilayah Asia, terutama Singapura, Hong Kong, Tiongkok, dan Thailand, otoritas kesehatan berbagai negara terus memantau varian JN.1. Varian yang merupakan turunan dari galur Omicron, telah menyebar luas di banyak wilayah.
Meskipun belum ada bukti adanya gelombang baru di India, pejabat kesehatan tengah memantau situasi dengan saksama. Namun, sejauh ini lebih dari 200 kasus telah terdeteksi di India. Aktor Shilpa Shirodkar, yang merupakan wajah yang dikenal dalam film-film populer tahun 1990-an, juga mengumumkan bahwa dirinya dinyatakan positif COVID-19, menurut laporan The Economic Times.
Singapura telah melaporkan peningkatan infeksi yang signifikan, dengan perkiraan 14.200 kasus pada minggu yang berakhir pada 3 Mei, naik dari 11.100 pada minggu sebelumnya. Rawat inap telah meningkat sekitar 30%.
Di Hong Kong, pejabat mengatakan virus telah mencapai tingkat yang ‘cukup tinggi’. Albert Au, kepala Cabang Penyakit Menular di Pusat Perlindungan Kesehatan, mengatakan tingkat positif dalam sampel pernapasan adalah yang tertinggi dalam setahun. Kota itu juga mencatat 31 kematian terkait COVID-19 pada minggu itu, yang tertinggi dalam 12 bulan terakhir.
Tentang JN.1
JN.1 adalah turunan dari strain BA.2.86 (Pirola), yang membawa banyak mutasi. Varian ini pertama kali diidentifikasi pada akhir tahun 2023 dan sejak itu menyebar ke berbagai negara termasuk AS, Inggris, India, Singapura, dan Hong Kong.

Yang membedakan JN.1 adalah mutasi unik pada protein lonjakan, bagian virus yang mengikat sel manusia. Hal ini memungkinkan virus menyebar lebih mudah dan mungkin lolos dari kekebalan dari vaksin atau infeksi sebelumnya.
WHO memantau varian JN.1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menandai JN.1 sebagai ‘varian yang menarik’. Klasifikasi ini berarti varian ini sedang diamati secara ketat tetapi belum menunjukkan tanda-tanda menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian lainnya.
Gejala dan tingkat keparahan Covid JN.1
Infeksi JN.1 sebagian besar ringan hingga sedang, dengan gejala yang mirip dengan galur Omicron sebelumnya. Gejalanya meliputi sakit tenggorokan, batuk, demam, kelelahan, dan pilek. Dalam beberapa kasus, orang mungkin mengalami konjungtivitis, diare, atau masalah perut ringan.
Meskipun penularannya tinggi, tidak ada bukti yang jelas bahwa JN.1 menyebabkan penyakit yang lebih serius. Namun, orang yang berisiko lebih tinggi — seperti orang dewasa yang lebih tua, mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, atau masalah kesehatan kronis — mungkin menghadapi komplikasi.
Varian Covid yang beredar
Di Singapura, pejabat kesehatan mengatakan dua subvarian JN.1 — LF.7 dan NB.1.8 — bertanggung jawab atas sekitar dua pertiga kasus yang diurutkan secara lokal. Peningkatan tersebut mungkin juga terkait dengan menurunnya kekebalan pada populasi.
Efektivitas vaksin Covid JN.1
Vaksin saat ini, terutama vaksin mRNA bivalen dan monovalen yang diperbarui, masih memberikan perlindungan terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian akibat JN.1. Vaksin ini mungkin kurang efektif dalam mencegah infeksi ringan atau tanpa gejala. Vaksin penguat yang diperbarui untuk varian yang lebih baru terus memainkan peran penting dalam meningkatkan kadar antibodi.
Tindakan pencegahan
Masyarakat disarankan untuk mengikuti tindakan pencegahan dasar guna mengurangi risiko infeksi. Tindakan pencegahan ini meliputi mengenakan masker di area yang ramai atau berventilasi buruk, mencuci tangan secara teratur dengan sabun, menghindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala, dan mengikuti vaksinasi COVID-19 dan dosis penguat terbaru.
Mereka yang memiliki gejala seperti demam, batuk, atau sakit tenggorokan harus tinggal di rumah, memantau kesehatan, dan mencari saran medis jika diperlukan. (BS)