Berandasehat.id – Meningitis adalah bentuk tuberkulosis yang paling parah. Meningitis tuberkulosis yang juga dikenal sebagai meningitis TB, merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa penderitanya. Pasalnya penyakit ini menyerang meninges, yaitu lapisan pelindung otak dan sumsum tulang belakang manusia.

Penyebab meningitis TB adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menginfeksi paru terlebih dahulu, sehingga menyebabkan tuberkulosis paru. Selanjutnya, bakteri bergerak melewati saluran darah atau sistem limfatik menuju organ tubuh lainnya, termasuk meninges di otak dan sumsum tulang belakang.

Penyebaran bakteri ke otak bisa melalui sejumlah cara, salah satunya melalui infeksi laten yang kemudian aktif kembali dan menyebar ke otak.

Peradangan yang bersifat merusak berkontribusi terhadap prognosisnya yang buruk. Kortikosteroid mengurangi angka kematian, tetapi hampir 50% pasien tetap meninggal atau menjadi cacat

Peneliti Radboudumc menggunakan metabolomik untuk mempelajari sampel cairan serebrospinal (CSF) dari pasien meningitis tuberkulosis di Vietnam dan Indonesia, dengan kolaborator lama dari Bandung dan Jakarta (Indonesia), Broad Institute (Boston) dan Unit Penelitian Universitas Oxford di Kota Ho Chi Minh (Vietnam).

Para peneliti, Kirsten van Abeelen, Edwin Ardiansyah, Sofiati Dian, Vinod Kumar, Reinout van Crevel dan Arjan van Laarhoven, menyuarakan hipotesis bahwa jalur metabolisme dapat memengaruhi hasil penyakit dan membantu mengembangkan terapi yang diarahkan pada inang yang lebih efektif.

Mereka mengukur kadar 469 metabolit dalam cairan serebrospinal yang diperoleh dari 1.067 pasien meningitis tuberkulosis Vietnam dan Indonesia dengan dan tanpa HIV sebelum dimulainya pengobatan, dan mengamati pasien ini untuk mengetahui hasil klinisnya.

Mortalitas sangat terkait dengan 10 metabolit, termasuk tiga asam lemak terhidroksilasi dengan panjang karbon maksimum delapan. Metabolit ini memprediksi mortalitas, terlepas dari status HIV, tingkat keparahan penyakit, dan kadar triptofan cairan serebrospinal, yang sebelumnya mereka identifikasi sebagai metabolit prognostik yang penting.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa β-oksidasi yang tidak terkendali mungkin merupakan kontributor penting dan berpotensi dapat dimodifikasi terhadap mortalitas pada meningitis tuberkulosis.

Penelitian lanjutan sedang berlangsung, termasuk pemetaan lokus sifat kuantitatif dan analisis varian genetik langka, pada kelompok pasien yang sama. Penelitian intervensi di masa mendatang harus memeriksa apakah intervensi yang menargetkan metabolisme serebral atau oksigenasi dapat meningkatkan kelangsungan hidup penyakit mematikan ini.

Makalah ini telah diterbitkan di jurnal Med. (BS)