Berandasehat.id – Beragam bahan baku lokal, mulai dari umbi-umbian seperti porang, ubi jalar, talas, ganyong bukan saja menawarkan gizi yang diperlukan tubuh namun juga produk non-gizi yang memiliki manfaat kesehatan. Karenanya, produk bahan pangan yang kerap ditemukan berbagai wilayah tanah air itu kerap disebut pangan fungsional.
“Pangan fungsional adalah sumber pangan yang tidak hanya berperan sebagai sumber energi dan gizi, tetapi juga mempunyai khasiat tertentu yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat,” terang Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Haryadi, M.Sc di acara sosialisasi program Indofood Riset Nugraha (IRN) 2025 yang dihelat secara daring, Rabu (4/6/2025).
Menurut Prof Purwiyatno yang menjabat sebagai Ketua Tim Pakar IRN, produk pangan lain yang masuk kategori pangan fungsional di antaranya hasil laut seperti rumput laut, ikan, rusip, juga buah-buahan endemis misalnya parijoto, kawista, anggur papua, hingga rempah dan tanaman herbal semacam secang, kelor, jintan hitam, temulawak. “Papua punya kearifan lokal sarang semut yang diyakini memiliki khasiat tertentu. Itu bagus sekali kalau diungkap dalam riset mahasiwa dan dikembangkan,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, selama hampir dua dekade berjalan, IRN berhasil mendorong penelitian pangan fungsional berbasis potensi dan kearifan lokal di Indonesia. “Program ini telah berhasil merangsang inovasi mahasiswa dalam memantaatkan kekayaan hayati dan tradisi lokal untuk mengatasi masalah kesehatan,” terang Prof Purwiyatno.
Keberhasilan program IRN terlihat dari banyaknya judul penefitian yang diusulkan dan didanai, yang secara langsung berkaitan dengan tema ‘Penelitian Pangan Fungsional Berbasis Potensi dan kearifan Lokal’.

Dari proposal yang disampaikan, terlihat bahwa para mahasiswa secara akfif mengeksplorasi beragam bahan baku lokal yang memiliki manfaat bagi kesehatan. “Ada juga penelitian tentang limbah pertanian yang divalorisasi menjadi produk bernilai tambah,” lanjut Prof Purwiyatno.
Valorisasi limbah merupakan proses penambahan nilai atau nilai tambah pada limbah, sisa, atau bahan limbah, sehingga menjadi produk yang berguna atau sumber energi.
Sementara dari sisi produk, penelitian IRN menghasilkan berbagai usulan pangan fungsional inovatif dalam beragam format, mulai dari minuman serbuk/sembiotik, snack bar, biskuit, roti, hingga produk analog dan penyedap rasa. “Ini menunjukkan kreativitas dalam mengubah bahan mentah menjadi bentuk yang lebih mudah diterima dan memiliki nilai komersial,” urainya.
Sedangkan fokus utama penelitian adalah mengatasi masalah kesehatan krusial seperti stunting, diabetes mellitus, berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, Alzheimer, juga kekurangan gizi, hingga masalah pencernaan dan imunitas. “Dalam beberapa tahun terakhir banyak makalah yang masuk melibatkan cara mengatasi stunting. Beberapa karya itu berhasil mendapatkan dana penelitian IRN,” tutur Prof Purwiyatno.
Selama hampir dua dekade program IRN, program beasiswa riset ini mendapat respons positif dan antusiasme tinggi dari mahasiswa. “Mereka tidak hanya menunjukkan minat tinggi, tetapi juga kemampuan untuk berinovasi dan menerapkan pendekatan multidisiplin dalam mengembangkan solusi pangan fungsional yang berbasis pada potensi dan kearifan lokal Indonesia. Ini indikator kuat bahwa program IRN berhasil menumbuhkan generasi peneliti yang peduli akan kesehatan dan keberlanjutan pangan di tanah air,” tutur Prof Purwiyatno.
Dorong Partisipasi Lebih Mahasiswa dari Indonesia Timur
Guna lebih mendorong penelitian pangan fungsional dan kearifan lokal, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) kembali membuka peluang bagi mahasiswa untuk memperoleh dana riset melalui IRN periode 2025-2026. Program dana hibah ini terbuka bagi semua jurusan dan diutamakan bagi mahasiswa yang melakukan riset untuk menyelesaikan kuliah strata 1.
“Pangan fungsional masih menjadi tema yang relevan untuk diangkat. Kita sadari bersama bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan-tantangan di bidang kesehatan yang perlu kita tangani bersama. Kesehatan erat kaitannya dengan asupan yang kita berikan ke dalam tubuh,” ujar Head of Corporate Communications Indofood Stefanus Indrayana.

Selain sebagai sumber energi dan gizi bagi tubuh, produk pangan juga bisa memberikan manfaat secara langsung bagi kesehatan. Karenanya, riset sangat diperlukan untuk mengembangkan produk pangan serta menemukan inovasi-inovasi produk pangan fungsional dari kearifan fokal di wilayah nusantara.
“Melalui IRN, kami ajak teman-teman mahasiswa untuk meneliti pangan fungsional. Tidak hanya sebagai syarat kelulusan, tetapi melakukan riset yang unggul dan dapat diaplikasikan di kehidupan kita,” ujar Indrayana.
Indrayana mengungkap, selama ini partisipasi riset dari perguruan tinggi dari wilayah timur Indonesia masih sedikit. Dia berharap tahun ini partisipasi mahasiswa dari wilayah timur Indonesia akan meningkat.
“Wilayah timur Indonesia memiliki sumber pangan yang berlimpah dan fungsional, sehingga menarik untuk diteliti,” ujarnya di acara webinar sosialisasi IRN yang turut dihadiri mahasiswa dari delapan perguruan tinggi dari wilayah timur Indonesia.
Program IRN diperuntukkan bagi mahasiswa S1 dari semua jurusan yang akan melakukan penelitian sebagai tugas akhirnya. Proposal penelitian IRN periode 2025-2026 bisa diajukan mulai 4 Juni – 31 Juli 2025.
Objek penelitian mencakup sumber daya hayati berbasis potensi dan kearifan lokal meliputi produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, peternakan dan air. Cakupan bidang penelitian meliputi Agro-Teknologi (Budidaya), Teknologi Proses/Pengolahan, Gizi dan Kesehatan Masyarakat serta Sosial Budaya, Ekonomi dan Pemasaran.

Untuk diketahui, IRN telah dilaksanakan sejak 2006 dan tidak hanya memberikan dana riset, namun juga pendampingan dari Tim Pakar selama melakukan penelitian.
Tahun lalu, proposal penelitian yang masuk berjumlah 614 dan masih didominasi oleh universitas-universitas dari wilayah barat Indonesia. Tahun ini, mahasiswa wilayah timur didorong berpartisipasi lebih banyak di ajang IRN.
Hingga saat ini program IRN telah mendanai lebih dari 1.300 proposal penelitian.
Salah satu penerima dana IRN periode 2023-2024, Faizal Muttagin dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada membagikan pengalaman sebagai salah satu penerima dana hibah riset. Ia melakukan penelitian yang berjudul ‘Inovasi Feed additive Berbahan Essential Oil untuk Meningkatkan Kandungan Antioksidan dan Kualitas Daging Broiler sebagai Pangan Fungsional.’
Menurutnya, IRN adalah program yang memberikan dukungan finansial kepada mahasiswa tingkat akhir untuk merealisasikan ide, penelitian impian. “Dengan ikut IRN, kalian bisa melakukan penelitian impian kalian tanpa khawatir soal dana. Tidak cuma itu, kalian juga akan dibimbing langsung oleh tim pakar IRN sehingga penelitiannya jadi lebih terarah dan berkualitas,” ujar Faizal. (BS)