Berandasehat.id – Konsumsi susu unta dianggap memberikan beragam manfaat kesehatan, termasuk modulasi imun dan efek antiradang, tetapi belum ada penelitian yang secara langsung mengevaluasi bagaimana susu unta memengaruhi jalur imun seluler pada asma alergi.
Asma menyerang ratusan juta orang di seluruh dunia, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran napas kronis dan hiperresponsivitas.
Selama beberapa dekade terakhir, peningkatan prevalensi asma telah dikaitkan dengan perubahan gaya hidup, berkurangnya paparan terhadap lingkungan pedesaan, dan perubahan pola makan.
Dalam studi berjudul ‘Pengaruh susu unta terhadap model asma yang diinduksi alergen tungau debu rumah pada tikus BALB/C’ yang diterbitkan di Plos One, para peneliti merancang eksperimen untuk menilai kemampuan susu unta dalam mengurangi respons asma alergi.
Sebanyak 30 tikus BALB/c berusia 8 hingga 10 minggu dipelihara dalam kondisi bebas patogen tertentu, dan dibagi menjadi tiga kelompok (kontrol, yang tersensitisasi tungau debu rumah, dan yang diberi susu unta) yang masing-masing terdiri dari lima hewan dalam dua putaran percobaan.
Tikus menerima sensitisasi intranasal dengan ekstrak tungau debu rumah lima hari seminggu selama tiga minggu, diikuti dengan tantangan intranasal dosis rendah. Susu unta, yang bersumber dari unta dromedaris di wilayah Almaty, diberikan melalui gavage oral dengan volume 0,5 ml lima kali seminggu dimulai sehari sebelum sensitisasi.

Hiperresponsivitas saluran napas diukur menggunakan ventilator FlexiVent setelah tantangan metakolin, dan cairan lavage bronkoalveolar serta jaringan paru-paru dianalisis untuk mengetahui sel-sel inflamasi dan kadar sitokin.
Hasil studi menunjukkan bahwa asupan susu unta mengurangi hiperresponsivitas saluran napas yang diukur setelah tantangan metakolin pada tikus yang terpapar alergen tungau debu rumah. Jumlah sel peradangan dalam cairan lavage bronkoalveolar secara signifikan lebih rendah di antara hewan yang diberi susu unta, termasuk penurunan eosinofil, makrofag, limfosit, dan neutrofil.
Konsentrasi kemokin CCL17 dalam homogenat paru menurun pada tikus yang diberi susu unta, sementara kadar CCL20, CCL22, dan IL-33 tetap tidak berubah dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi alergen.
Sitometri alir menunjukkan penurunan proporsi sel dendritik konvensional CD11b+ di paru-paru tikus yang diberi susu unta.
Jumlah sel Th2 dan Th17 menurun setelah pemberian susu unta, sedangkan jumlah sel Th1 dan sel T regulator tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Setelah restimulasi sel paru in vitro (laboratorium) dengan ekstrak tungau debu rumah, kadar sitokin IL-4, IL-5, dan IL-13 ditekan dalam sampel yang diberi susu unta. Tidak terdeteksi penurunan IL-17A. Analisis homogenat paru-paru juga menunjukkan penurunan konsentrasi IL-5 dan IL-13 pada kelompok susu unta.
Tim peneliti menyimpulkan bahwa susu unta mengganggu aktivasi imun yang dipicu oleh alergen, mengurangi ekspresi sitokin lokal yang terkait dengan Th2 dan masuknya sel peradangan. Mereka mencatat bahwa komposisi susu unta, yang kaya akan imunoglobulin dan protein bioaktif, mungkin mendasari efeknya.
Peneliti tidak mengukur konstituen individual, juga tidak membandingkan susu unta dengan susu lainnya (sapi, kambing). Uji coba manusia yang terkontrol diperlukan untuk memvalidasi temuan ini dan mengeksplorasi peran susu unta sebagai intervensi diet pelengkap untuk asma alergi, demikian laporan Science x Network. (BS)