Berandasehat.id – Infeksi pernapasan Respiratory Syncytial Virus (RSV) dapat meningkatkan risiko rawat inap pada lansia yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes. Ini tentu saja meresahkan mengingat jumlah penduduk dewasa yang menderita diabetes di Indonesia diperkirakan kian meningkat, lebih dari 20 juta penderita pada 2024 menjadi 28,6 juta pada 2045.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD – KEMD, FINASIM, pasien diabetes berusia di atas 65 tahun dengan RSV diperkirakan hingga 11,4 kali lebih berisiko dirawat di rumah sakit dibandingkan pasien tanpa diabetes. “Alasannya, lansia di atas 60 tahun umumnya mengalami penurunan kekebalan terkait usia yang membuat semakin rentan terhadap infeksi penyakit, salah satunya RSV,” ujarnya dalam edukasi mengenai imunisasi dalam melindungi lansia terhadap penyakit yang dihelat Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan GSK di Jakarta , Rabu (9/7/2025).

RSV diketahui lebih menular dibandingkan dengan Covid-19 dan memiliki tingkat kondisi medis yang lebih buruk dibandingkan dengan Covid-19 atau influenza pada dewasa.

Pada kegiatan yang melibatkan banyak orang berkumpul di satu lokasi dalam waktu yang bersamaan, seperti ibadah haji dan umrah atau kegiatan kumpul keluarga saat liburan, berpotensi meningkatkan risiko penularan ketiga virus di atas.

RSV dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas dari mereka yang terinfeksi. Gejalanya meliputi hidung tersumbat, batuk, dan demam ringan yang gejalanya timbul menyerupai infeksi influenza ringan sehingga diagnosisnya sulit dilakukan dan banyak dari mereka tidak menyadari bahwa gejala yang dialami disebabkan oleh RSV.

Prof Ketut menambahkan, pencegahan infeksi seperti RSV bukan hanya soal menghindari flu berat, namun menjadi bagian penting dari manajemen penyakit kronis secara menyeluruh.

Ketika terkena penyakit, terdapat beban ekonomi yang perlu ditanggung seperti biaya rawat inap, biaya tenaga medis, dan juga biaya pelayanan profesional pemberi asuhan (caregiver).

Berdasarkan penelitian dengan pendekatan proyeksi matematika, jumlah infeksi akibat RSV di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai 24,5 juta kasus dalam lima tahun. Di Indonesia, jumlah kasus diprediksi mencapai 9,7 juta dalam periode yang sama.

Data ini menjadi pengingat penting bagi kita semua akan urgensi peningkatan edukasi untuk mencegah penyebaran infeksi RSV terutama di Indonesia.

Kesempatan sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP., mengakui sebagai dokter spesialis jantung, dia melihat langsung bagaimana infeksi RSV memperburuk kondisi psaien lansia dengan penyakit penyerta jantung. Banyak yang belum menyadari bahwa RSV dapat menjadi penyakit serius pada pasien dengan penyakit penyerta jantung, terutama pada lansia dengan penyakit jantung kronis seperti gagal jantung,” ujarnya.

Dia menekankan bahwa pencegahan infeksi RSV bukan hanya isu paru, tapi juga menjadi perhatian serius dalam kardiologi geriarti. “Lansia dengan komplikasi jantung memiliki risiko 5,5 kali lebih tinggi untuk dirawat karena RSV dibandingkan mereka yang tidak memiliki komplikasi jantung. Sedangkan pasien dengan gagal jantung memiliki risiko rawat inap akibat RSV 7 kali lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa gagal jantung,” ujar dr. Sally.

Dalam mencegah penyebaran RSV, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh individu. Salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan tertib menggunakan masker, menerapkan kebersihan pribadi seperti menutup mulut saat batuk atau bersin.

Selain itu, imunisasi terhadap RSV juga disarankan untuk kelompok berisiko tinggi, termasuk lansia dan dewasa yang rentan terkena infeksi RSV.

RSV menjadi salah satu penyebab paling umum dari pneumonia yang disebabkan virus. Infeksi RSV dapat menular dan menyebar dengan mudah di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya, dan sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari.

Sedangkan untuk pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti lansia, dapat menularkan virus sampai dengan 4 minggu.

Hingga saat ini belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada orang dewasa, yang meningkatkan kesulitan dalam penanganannya, sehingga tindakan preventif termasuk vaksin RSV adalah hal yang penting.

Terkait hal itu, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PP PAPDI kembali menekankan mengenai pentingnya imunisasi dewasa terutama pada lansia. Untuk melindungi lansia, PAPDI telah merilis Jadwal Imunisasi Dewasa 2025 (bisa diakses di http://www.satgasimunisasipapdi.com).

Salah satu vaksinasi yang direkomendasikan adalah untuk RSV terutama untuk lansia 50 tahun ke atas sebagai antisipasi terjadinya tripledemic,kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan yang diakibatkan oleh Influenza, Covid-19, dan RSV serta kemungkinan kasus koinfeksi antara ketiganya.

“Penting untuk memprioritaskan vaksinasi untuk individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk mereka yang sudah berusia diatas 50 tahun dan memiliki kondisi medis kronis,” ujar dr. Sukamto. (BS)