Berandasehat.id – Bagi yang hobi konsumsi steak, coba perhatikan jaringan lemak halus pada daging steak Wagyu. Marbling, sebaran lemak halus berupa garis-garis putih atau bintik-bintik yang terdapat di dalam otot daging, terutama pada daging sapi, yang membuat penikmat karnivora terpesona adalah ‘heuristik’ visual untuk rasa berkualitas.

Nah, terkait dengan manusia, sebuah studi baru di Cell Reports menunjukkan penumpukan lemak yang sama di dalam otot kita merupakan pertanda adanya masalah.

Kondisi ini, yang dikenal sebagai jaringan adiposa intramuskular (IMAT)telah lama dikenal oleh para ilmuwan sebagai indikator kuat kesehatan yang buruk. Hal ini terkait dengan berbagai macam penyakit, antara lain obesitas, diabetes tipe 2, gangguan neuromuskular (termasuk distrofi otot Duchenne) dan kondisi neurodegeneratif seperti ALS.

Dalam beberapa kasus, dokter bahkan dapat melacak perkembangan penyakit berdasarkan jumlah lemak dalam jaringan otot.

“Kami ingin memahami fungsi pasti IMAT terhadap kesehatan otot,” kata Daniel Kopinke, Ph.D., seorang profesor madya di departemen farmakologi dan terapi di Fakultas Kedokteran Universitas Florida. “Kini, kami memiliki bukti fungsional bahwa hal ini merupakan pendorong aktif penurunan fungsi otot.”

Studi menunjukkan bahwa lemak intramuskular bertindak sebagai penghalang fisik, menghalangi proses penyembuhan dan regenerasi tradisional yang biasanya terjadi setelah cedera otot.

Tim Kopinke mengembangkan model genetik yang disebut mFATBLOCK yang memungkinkan peneliti ‘merusak’ otot sambil mencegah infiltrasi IMAT.

Ketika sel-sel lemak hadir di otot, serat-serat otot tidak dapat terbentuk dan tumbuh dengan baik. Hambatan jaringan lemak menyebabkan proses penyembuhan tidak teratur dan kacau yang akhirnya menghasilkan serat otot yang lebih kecil dan lebih lemah.

“Hal ini secara langsung mengakibatkan hilangnya kekuatan,” kata Kopinke, yang latar belakangnya merupakan perpaduan ilmiah antara biologi perkembangan, genetika tikus, biologi sel punca, dan regenerasi otot.

Otot yang terdapat lemak penyusup tidak mampu menghasilkan jumlah kekuatan yang sama seperti otot yang sehat dan tidak terhalang.

Salah satu metafora yang sering dirujuk oleh murid-murid Kopinke adalah ‘kebakaran hutan’. Ketika semuanya terbakar dan kita berusaha menumbuhkan pohon baru, batu besar akan menjadi penghalang. Di mana ada batu besar, pohon tidak dapat tumbuh atau tumbuh dengan baik.

Demikian pula, jika ruang ditempati oleh sel-sel lemak, serat otot tidak dapat tumbuh. Hebatnya, tanpa menghambat pertumbuhan sel lemak, jaringan lemak pada akhirnya mengambil alih 12% dari keseluruhan jaringan otot.

Hubungan dengan turun berat badan

Ini bukan berarti orang yang berusaha mengubah berat badannya tidak beruntung. Mirip dengan penambahan berat badan, penurunan berat badan berhubungan dengan ketidakseimbangan energi, dalam hal ini mengeluarkan lebih banyak energi daripada yang dimasukkan ke dalam tubuh, sering kali melalui diet dan olahraga.

Untungnya, solusi untuk mengurangi lemak intramuskular adalah metode yang sama untuk penurunan berat badan secara umum: menciptakan ketidakseimbangan energi. Dengan mengeluarkan lebih banyak energi daripada yang dikonsumsi, tubuh terpaksa mengecilkan sel-sel lemaknya, termasuk sel-sel lemak yang terdapat dalam otot. Ini membuka jalan bagi serat otot untuk beregenerasi dan tumbuh.

Artinya, kita dapat mengecilkan sel-sel lemak. Berdasarkan semua temuan itu, peneliti berspekulasi bahwa jika area yang ditempati sel lemak di otot diperkecil, serat otot akan memiliki lebih banyak ruang untuk tumbuh.

Temuan ini secara mendasar dapat mengubah pemahaman bidang penelitian tentang peran lemak dalam penyakit otot dan penuaan. Hal ini menimbulkan implikasi besar mengenai terapi saat ini untuk cedera otot parah dan penyakit kronis seperti distrofi otot atau hilangnya otot terkait usia.

Kini, para ahli dapat menggabungkan strategi untuk mengurangi atau menghilangkan penyumbatan fisik lemak, daripada hanya meningkatkan pertumbuhan otot. Dengan membuka jalan bagi serat otot untuk pulih dengan benar, kita mungkin dapat memulihkan fungsi dan meningkatkan kekuatan pada jutaan orang yang terkena kondisi yang melemahkan ini, menurut Kopinke. (BS)