Berandasehat.id – Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) masih menjadi salah satu penyumbang kematian terbesar di dunia, termasuk Indonesia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah setiap tahun.
Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan RI 2024 menunjukkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab lebih dari 651.000 kematian setiap tahun, terdiri dari stroke (331.349 kematian), penyakit jantung koroner (245.343), dan hipertensi dengan komplikasi jantung (50.620).
Menjawab tantangan ini, Heartology Cardiovascular Hospital menggelar konferensi ilmiah tahunan CARES 2025 bertajuk ‘Heart & Vessel Dialogues: Case Sharing Across Cardiovascular Medicine’ menghadirkan 300 peserta simposium serta 165 peserta workshop di Mandarin Oriental, Jakarta.

Tahun ini, CARES dirancang lebih interaktif dibanding tahun sebelumnya, dengan sesi berbagi kasus nyata dari lapangan, kompetisi Abstract Sharing Case, hingga diskusi mendalam tentang penyakit jantung koroner kompleks, intervensi penyakit jantung struktural, serta penanganan aorta rumit.
CEO Heartology, dr. Ridwan Tjahjadi Lembong, menekankan pentingnya platform seperti CARES 2025 untuk memperbarui pengetahuan para dokter umum dan spesialis tentang kasus-kasus kardiovaskular. “CARES tak hanya sekadar wadah pembelajaran, melainkan juga ajang berbagi pengalaman nyata dari praktik klinis,” ujarnya dalam temu media di sela agenda CARES di Jakarta, Sabtu (2/8/2025).
Salah satu poin penting dalam kegiatan ini adalah pelatihan penggunaan USG portabel (Pocus) untuk deteksi dini penyakit jantung oleh dokter umum di wilayah-wilayah terpencil tanpa harus menunggu dokter spesialis.
Dokter Ridwan menyampaikan, melalui CARES 2025, para dokter spesialis Heartology membekali para dokter umum dengan keterampilan teknologi Pocus agar deteksi awal penyakit kardiovaskular dapat dilakukan lebih luas, bahkan menjangkau area pedalaman. “Ini strategi penting agar tidak semua pasien harus menunggu atau pergi ke luar negeri untuk mendapatkan penanganan,” terangnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Heartology menargetkan penanganan jantung tidak hanya terkonsentrasi di kota besar, tetapi juga menjangkau wilayah terpencil menggunakan teknologi USG portabel yang mudah diakses. Untuk ini, Heartology bermitra dengan Astra Komponen Indonesia (ASKI) untuk mendistribusikan alat-alat medis ke daerah. “Tujuannya agar dokter di pelosok dapat segera menangani atau merujuk pasien dengan gejala jantung,” tutur dr. Ridwan.
Dokter Ridwan menekankan, CARES 2025 ini bukan hanya soal berbagi ilmu, tapi juga membangun cara pikir baru dalam menangani pasien. “Karena di dunia kedokteran, kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Perubahan besar terjadi ketika kita duduk bersama dan bicara tentang praktik nyata di lapangan,” tandasnya.
Kesempatan sama, Konsultan Aritmia Heartology, dr. Sunu Budhi Raharjo Sp.JP(K), PhD, di acara konferensi ilmiah tahunan itu juga dikenalkan alat monitor Holter, yang penting untuk mendeteksi gangguan irama jantung (aritmia) yang acap kali muncul di luar waktu konsultasi. Alat ini memungkinkan deteksi gangguan irama jantung secara real time. “Ini krusial untuk menangani kasus pingsan atau jantung berdebar tiba-tiba,” terangnya.

Kesenjangan antara teori dan praktik klinis
Menurut dr. Adrianus Kosasih, Sp.JP(K), Ketua Panitia CARES 2025, salah satu tantangan terbesar dalam penanganan penyakit jantung saat ini adalah kesenjangan antara teori dan praktik klinis. “Melalui CARES 2025, kami mencoba menjembatani itu bukan hanya lewat sesi simposium dari panelis para dokter spesialis di Heartology tapi juga dengan memberikan ruang bagi peserta untuk menyampaikan dan mendiskusikan kasus riil dari pengalaman mereka di lapangan,” ujarnya.
Bahkan, forum ilmiah ini membuka kesempatan bagi para dokter untuk mengikuti kompetisi abstract berdasar keyakinan bahwa setiap dokter, di mana pun ia berada, punya kontribusi penting dalam meningkatkan standar penanganan kardiovaskular di Indonesia.
CARES 2025 melibatkan para ahli di bidang kardiologi dan bedah toraks sebagai pembicara, di antaranya Dr. dr. Dafsah Arifa Juzar, Sp.JP(K), Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K), Dr. Dicky A. Hanafy, Sp.JP(K), dr. Sunu B. Raharjo, Sp.JP(K), PhD, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), Dr. med. Dr. Denio A. Ridjab, Sp.JP(K), Dr. dr. Jajang Sinardja, Sp.JP(K), dr. Dicky Aligheri Wartono, Sp.BTKV(K), dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), dr. Sri Diniharini, Sp.JP(K), serta dr. Suko Adiarto, Sp.JP(K). (BS)