Berandasehat.id – Chikungunya melonjak tajam di sejumlah wilayah dan menjadi alarm yang patut diwaspadai. Lonjakan kasus chikungunya yang tiba-tiba telah dilaporkan di Kota Foshan di Cina, melejit dari 478 kasus menjadi hampir 3.000 kasus dalam seminggu, menurut South China Morning Post.

Prancis telah melaporkan lebih dari 53.000 kasus di wilayah seberang lautnya tahun ini, mencerminkan tren wabah yang lebih luas.

Pejabat Italia pekan lalu melaporkan dua kematian setelah 32 kasus virus West Nile, penyakit lain yang ditularkan oleh nyamuk. Dinamika penularan menjadi rumit karena kemampuan nyamuk untuk membawa beberapa virus secara bersamaan.

Untuk infeksi kompleks yang mungkin melibatkan beberapa virus dan patogen, teknologi metagenomics next-generation sequencing (mNGS) merupakan pendekatan yang lebih komprehensif. Teknologi ini menawarkan laporan mendalam untuk deteksi yang cepat dan akurat.

BGI Genomics PMseq, yang menggunakan teknologi mNGS, mendukung upaya global dalam mendiagnosis kasus infeksi kompleks dan menyesuaikan pengobatan yang efektif.

Ancaman global meluas dengan cepat

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini memperingatkan akan meluasnya wabah chikungunya, dengan kasus-kasus menyebar dari kepulauan di Samudra Hindia ke beberapa negara Afrika seperti Madagaskar, Somalia, dan Kenya.

“Sama seperti 20 tahun yang lalu, virus ini kini menyebar lebih jauh ke negara-negara lain,” kata Dr. Diana Rojas Alvarez, pimpinan WHO untuk arbovirus, dalam sebuah peringatan yang menggarisbawahi kebangkitan siklus virus tersebut.

Di antara yang paling terdampak adalah wilayah seberang laut Prancis, Réunion, di mana lebih dari 53.000 kasus telah terkonfirmasi tahun ini. Pulau ini, yang berpenduduk kurang dari satu juta orang, telah menyaksikan sekitar dua pertiga populasinya terinfeksi dalam setahun, dengan rumah sakit mencatat hampir 600 pasien rawat inap dan 28 kematian.

Tiongkok juga menghadapi wabah chikungunya yang paling signifikan sejak virus ini pertama kali muncul di sana hampir dua dekade lalu. Di Provinsi Guangdong saja, sekitar 4.800 kasus dilaporkan hanya dalam satu bulan, 3.000 di antaranya terkonsentrasi dalam satu minggu yang eksplosif.

Kasus impor ke penularan lokal

Penularan virus Chikungunya terjadi dalam siklus penularan manusia-nyamuk-manusia. Pola penularan ini, baik kasus impor maupun penularan lokal, mempersulit strategi penanggulangan.

Kasus impor terjadi ketika seseorang tertular virus saat bepergian di daerah endemis dan kemudian jatuh sakit di rumah. Vektor nyamuk domestik dapat memfasilitasi infeksi penularan lokal dan menyebarkan virus secara lokal begitu tiba.

Untuk memerangi penyakit yang ditularkan nyamuk di tingkat komunitas, warga harus secara teratur membuang genangan air dan membersihkan puing-puing untuk menghancurkan tempat berkembang biak, sekaligus menggunakan langkah-langkah perlindungan pribadi dan rumah untuk mencegah gigitan.

Siapa pun yang mengalami gejala seperti demam, ruam, atau nyeri sendi harus segera mencari pertolongan medis dan melaporkan riwayat perjalanan serta gigitan nyamuk apa pun kepada penyedia layanan kesehatan.

Deteksi dini memungkinkan intervensi tepat waktu sebelum gejala berkembang ke tahap yang parah.

Genomik mengungkap asal infeksi

Gejala Chikungunya mencakup demam, nyeri sendi, dan kelelahan, sangat mirip dengan gejala yang disebabkan oleh virus lain yang ditularkan nyamuk seperti demam berdarah dan Zika.

Tumpang tindih klinis ini membuat diagnosis tepat waktu menjadi sulit, terutama di daerah-daerah di mana beberapa arbovirus beredar secara bersamaan.

Untuk mengatasi tantangan ini, banyak daerah sekarang menggunakan kit uji reaksi berantai polimerase transkripsi terbalik (RT-PCR), yang efektif dalam mendeteksi genom virus yang diketahui dengan spesifisitas tinggi. Ini mengidentifikasi materi genetik virus dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Tes PCR ini bekerja paling baik dalam delapan hari pertama infeksi, ketika RNA virus masih ada dalam darah. RT-PCR memberikan hasil yang cepat dan akurat dengan menargetkan genom virus tertentu.

Untuk cakupan patogen yang lebih luas, teknologi pengurutan generasi berikutnya yang ditargetkan (tNGS) menawarkan kapasitas deteksi yang lebih luas, bersama dengan sensitivitas tinggi dan spesifisitas tinggi. Hal ini memungkinkan dokter untuk menentukan infeksi yang diketahui dan mendeteksi ratusan patogen yang tidak terduga dalam perpustakaan target. (BS)