Berandasehat.id – Makanan ultra olahan (UPF) selama ini dituding menjadi biang penyebab beragam penyakit dan kondisi yang merugikan kesehatan. Namun ternyata tak selamanya demikian, menurut penelitian terbaru Swinburne yang diterbitkan dalam Proceedings of the Nutrition Society menantang keyakinan lama bahwa semua makanan ultra-olahan buruk bagi tubuh.
Meskipun camilan dan minuman ringan secara konsisten menunjukkan dampak buruk bagi kesehatan, produk seperti sereal gandum utuh yang diperkaya dan produk susu tertentu mengandung efek netral atau berpotensi bermanfaat.
Penulis studi, pimpinan Disiplin Dietetika Swinburne, Associate Professor Jimmy Louie, mengatakan pertanyaan “Apakah makanan ultra-olahan buruk?” membutuhkan jawaban yang lebih bernuansa daripada sekadar ya atau tidak.
Judul berita seolah-olah semua makanan ultra-olahan itu buruk, tetapi kenyataannya lebih rumit. Beberapa makanan dapat menawarkan nilai gizi yang nyata dan cocok dengan pola makan sehat.
“Penyederhanaan yang berlebihan seperti itu dapat menyesatkan publik dan mengalihkan perhatian dari risiko diet yang paling mendesak,” terang Prof Louie.

Profesor Lektor Kepala Louie menjelaskan bahwa implikasi kesehatan dari makanan bergantung pada konteks konsumsinya dalam pola makan secara keseluruhan.
Produk ultra-olahan sering kali menyediakan sumber nutrisi penting yang hemat biaya bagi populasi yang kurang beruntung secara ekonomi dan dapat berkontribusi pada pengurangan limbah makanan melalui kemampuan memperpanjang masa simpan.
“Tidak semua orang dapat hidup hanya dengan makanan yang diproses secara minimal. Makanan olahan yang bergizi baik dapat menjadi pilihan yang sehat dan praktis,” terangnya.
Studi ini meninjau sistem Nova, yang mengkategorikan makanan menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat pengolahannya, dari makanan segar atau yang diproses secara minimal hingga produk ultra-olahan.
Sistem yang banyak digunakan ini kontroversial karena cara mendefinisikan dan memberi label makanan olahan versus makanan ultra-olahan.
Profesor Madya Louie menyerukan sistem yang mempertimbangkan pemrosesan dan nutrisi, sehingga masyarakat mendapatkan panduan yang lebih jelas dan adil.
“Meskipun klasifikasi makanan berdasarkan pemrosesan telah memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman kita tentang kesehatan, klasifikasi tersebut gagal menangkap perbedaan penting dalam kualitas nutrisi, metode pemrosesan, dan implikasi kesehatan,” lanjut Prof Louie.
“Masyarakat berhak mendapatkan saran yang membedakannya. Bukti menunjukkan bahwa kita bisa lebih cerdas dalam memilih makanan olahan mana yang kita hindari dan mana yang kita simpan,” pungkasnya. (BS)