Berandasehat.id – Tekanan darah tinggi merupakan salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia, memengaruhi hingga 1,3 miliar orang dan menyebabkan sekitar 10 juta kematian setiap tahunnya.
Sering disebut sebagai pembunuh senyap karena tidak menimbulkan gejala apa pun, tekanan darah tinggi dapat tetap tersembunyi hingga menyebabkan serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal. Kurang dari satu dari lima penderita hipertensi dapat mengendalikannya.
Blood Pressure Treatment Efficacy Calculator, pertama di jenisnya yang dibangun berdasarkan data dari hampir 500 uji klinis acak pada lebih dari 100.000 orang, memungkinkan dokter untuk melihat seberapa besar kemungkinan obat yang berbeda dalam menurunkan tekanan darah.
Penelitian yang dipublikasikan di The Lancet dengan perangkat tersebut dapat mengubah cara penanganan kondisi pasien, membuka peluang dokter untuk memilih pengobatan bagi setiap pasien berdasarkan tingkat penurunan tekanan darah yang mereka butuhkan.
“Ini sangat penting karena setiap penurunan 1 mmHg pada tekanan darah sistolik menurunkan risiko serangan jantung atau stroke sebesar 2%,” kata Nelson Wang, ahli jantung dan Peneliti di The George Institute for Global Health.
“Tetapi dengan lusinan obat, beberapa dosis per obat, dan sebagian besar pasien membutuhkan dua obat atau lebih, terdapat ribuan pilihan yang memungkinkan, dan tidak ada cara mudah untuk mengetahui seberapa efektifnya,” imbuhnya.
Alat baru ini membantu mengatasi tantangan yang dihadapi dunia medis saat ini dengan menghitung efek pengobatan rata-rata yang terlihat di ratusan uji coba.

Dokter dapat mengkategorikan perawatan ke dalam intensitas rendah, sedang, dan tinggi, berdasarkan seberapa besar penurunan tekanan dara, sebuah pendekatan yang sudah rutin digunakan dalam perawatan penurun kolesterol.
Satu obat antihipertensi – yang masih merupakan cara paling umum untuk memulai perawatan – biasanya menurunkan tekanan darah sistolik hanya sebesar 8–9 mmHg, sementara sebagian besar pasien membutuhkan penurunan tekanan darah sebesar 15–30 mmHg untuk mencapai target ideal.
Dr. Wang menjelaskan bahwa meskipun cara tradisional untuk melakukan hal ini adalah dengan mengukur tekanan darah secara langsung untuk setiap pasien dan menyesuaikan perawatannya, pada kenyataannya pembacaan tekanan darah terlalu bervariasi, alias ‘berisik’ sehingga tidak dapat diandalkan.
“Tekanan darah berubah dari waktu ke waktu, hari ke hari, dan musim. Fluktuasi acak ini dapat dengan mudah sama besar atau lebih besar daripada perubahan yang disebabkan oleh perawatan,” terang Dr. Wang.
Selain itu, praktik pengukuran seringkali tidak sempurna, sehingga menimbulkan sumber ketidakpastian tambahan. Ini berarti sangat sulit untuk menilai secara andal seberapa baik suatu obat bekerja hanya dengan melakukan pengukuran berulang.
Anthony Rodgers, Profesor Senior di The George Institute for Global Health, mengatakan bahwa meskipun hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah alasan paling umum orang mengunjungi dokter, belum ada satu pun sumber daya terbaru yang menunjukkan seberapa efektif berbagai obat tekanan darah, terutama bila digunakan dalam kombinasi atau dengan dosis yang bervariasi.
“Penggunaan kalkulator ini menantang pendekatan pengobatan tradisional ‘mulai rendah, pelan-pelan, ukur, dan nilai’, yang memiliki kemungkinan besar disesatkan oleh pembacaan tekanan darah, munculnya inersia, atau beban yang terlalu berat pada pasien,” ujar Prof Rodgers.
Dengan metode baru ini, dokter menentukan seberapa banyak pasien perlu menurunkan tekanan darah, memilih rencana pengobatan yang ideal untuk mencapainya berdasarkan bukti, dan mengajak pasien untuk memulainya, idealnya lebih cepat daripada nanti.
Uji klinis pada manusia
Langkah selanjutnya adalah menguji pendekatan baru ini dalam uji klinis, di mana pasien akan diberi resep pengobatan berdasarkan seberapa banyak yang mereka butuhkan untuk menurunkan tekanan darah, dipandu oleh kalkulator.
“Mengingat skala tantangan ini yang sangat besar, bahkan perbaikan sederhana pun akan memberikan dampak kesehatan masyarakat yang besar, meningkatkan persentase penderita hipertensi yang terkendali secara global menjadi hanya 50% dapat menyelamatkan jutaan nyawa,” tandas Profesor Rodgers. (BS)