Berandasehat.id – Obesitas alias kegemukan kian meresahkan, bukan hanya di skala global, namun juga di Tanah Air. Obesitas dikatakan bahkan telah menjadi epidemi yang perlu diwaspadai di Indonesia. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mengungkap obesitas juga menelan biaya kesehatan tidak sedikit, mencapai lebih dari Rp24 triliun per tahun, termasuk hilangnya produktivitas.
Di Indonesia, masalah obesitas berkembang semakin cepat. Data SKI 2023, mengungkap hampir satu dari empat orang dewasa kini mengalami obesitas. Angka yang meningkat dua kali lipat hanya dalam satu dekade terakhir. Diabetes tipe 2 yang dialami 19 juta penduduk dan penyakit kardiovaskular menyebabkan komplikasi dan kematian nomor satu di Tanah Air.
Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Digna Niken Purwaningrum menyampaikan, angka obesitas di Tanah Air melejit. “Hampir satu dari empat orang dewasa kini mengalami obesitas, angka yang meningkat dua kali lipat dalam satu dekade terakhir ini.,” terangnya di acara diskusi penanganan obesitas yang digelar Novo Nordisk Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.
Dia menyebut, banyak orang dewasa muda alami obesitas. Kondisi ini dipengaruhi dengan banyaknya jajanan dan makanan cepat saji serta edukasi terkait obesitas di Indonesia yang masih kurang.

Obesitas termasuk tiga besar penyakit tidak menular (PTM), selain diabetes, penyakit kardiovaskular, kanker, dan gangguan pernapasan. Deretan penyakit ini menyebabkan 75% dari seluruh kematian di dunia, dengan obesitas sebagai salah satu faktor risiko utamanya.
Terkait penanganan obesitas, epidemiolog sekaligus Ketua Tim Kerja Metabolik dan Surveilance PKG, Kementerian Kesehatan dr A Muchtar Nasir, mengakui Kementerian Kesehatan menghadapi tantangan besar. “Untuk menanggapi tantangan obesitas, Pedoman Nasional Pelayanan Klinis (PNPK) obesitas hadir dengan jalur penanganan yang jelas dan berbasis bukti, mencakup diagnosis, pengobatan, hingga tindak lanjut,” ujarnya.
Dr. Muchtar menambahkan, kerangka ini membantu dokter menstandarkan pelayanan dan mengintegrasikan manajemen obesitas secara sistematis dalam praktik medis.
PNPK, sebut dia, mengusung tiga pilar utama penanganan obesitas yang meliputi pola makan, aktivitas fisik serta perubahan gaya hidup; terapi farmakologis; dan pembedahan bariatrik, sehingga perawatan bersifat komprehensif dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.
Dikatakan, pemerintah fokus pada pencegahan obesitas berbasis masyarakat, di antaranya dengan deteksi dini, dan pencegahan dengan berkolaborasi bersama banyak pihak, mulai dari Bapenas, BPJS, Kementerian Sosial, hingga Kementerian PUPR. “Di antaranya dengan membangun fasilitas aktifitas fisik yang nyaman agar masyarakat bisa berjalan kaki dan berolahraga,” kata dr Muchtar.
Kesempatan sama, Epidemiologi Kesehatan Ahli Muda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ananda M Epid mengatakan, upaya pencegahan obesitas ini sudah dijalankan Pemerintah DKI Jakarta, antara lain dengan Car Free Day (CFD) hingga revitalisasi trotoar untuk pejalan kaki.
“Trotoar yang nyaman dan taman-taman yang dibangun bisa mendorong masyarakat untuk berjalan kaki dan berolahraga bersama keluarga untuk mencegah obesitas,” terangnya.
Obesitas bukan sekadar kurang disiplin dan banyak makan
Banyak orang masih beranggapan obesitas semata-mata akibat kurangnya kemauan, disiplin yang lemah, atau sesuatu yang bisa diatasi hanya dengan diet dan olahraga. Padahal, obesitas adalah penyakit kronis yang dibentuk oleh jalur hormonal, metabolik, dan neurologis yang kompleks.
Faktor gaya hidup seperti pola makan dan aktivitas fisik memang berperan, tetapi sains menunjukkan kondisinya jauh melampaui pilihan individu. Mekanisme biologis yang mengatur nafsu makan, keseimbangan energi, dan cara tubuh menyimpan lemak membuat obesitas sulit dikendalikan hanya dengan niat kuat.
“Obesitas bukan hanya masalah penampilan saja melainkan penyakit medis serius yang harus ditangani. Itu bukan sekadar orang kurang disiplin dalam menjaga pola makan makanya gemuk. Obesitas itu masalah kompleks,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Wismandari Wisnu.
Disebut sebagai ‘ibu dari segala penyakit’, obesitas menjadi faktor risiko penyakit kronis yang membutuhkan penanganan mahal dalam jangka panjang, seperti diabetes dan dan penyakit jantung.

General Manager Novo Nordisk Indonesia, Sreerekha Sreenivasan mengungkapkan, obesitas adalah penyakit serius dan kronis yang membutuhkan solusi jangka panjang berbasis sains. Di Indonesia, Novo Nordisk berkomitmen mendorong perubahan melalui inovasi, kemitraan, dan aksi lintas sektor, karena tidak ada satu pihak pun yang dapat menyelesaikan tantangan ini sendirian.
“Fokus kami adalah mendukung upaya menghadirkan inovasi global terbaru dalam penanganan obesitas ke Indonesia, dalam kerangka kerja yang menjamin keamanan pasien serta akses berkelanjutan,” ujar Sreerekha Sreenivasan.
Penanganan obesitas yang efektif juga membutuhkan lingkungan regulasi yang mendukung, tidak hanya menjamin keselamatan pasien, tetapi juga membuka ruang bagi inovasi di bidang kesehatan. Dengan regulasi yang lebih kuat, Indonesia dapat mempercepat riset yang bertanggung jawab sekaligus memperluas pilihan penanganan obesitas yang aman. (BS)