Berandasehat.id – Lemak yang meningkatkan kadar kolesterol jahat dan meningkatkan risiko penyakit jantung adalah lemak yang harus dihindari. Sayangnya, sebagian kita masih bingung urusan penggunaan lemak saat memasak: lemak tak jenuh, tak jenuh ganda, tak jenuh tunggal, atau lemak jenuh.

Menurut Dr. Regis Fernandes, ahli jantung di Mayo Clinic, kebingungan itu wajar khususnya terkait pemakaian lemak di dapur. Dia memberi kisi-kisi tentang jenis lemak yang perlu diperhatikan.

“Lemak jenuh adalah jenis lemak yang mengeras pada suhu ruangan,” kata Dr. Fernandes dikutip
Mayo Clinic News Network. “Minyak kelapa adalah contohnya, begitu pula minyak sawit.”

Dia menyampaikan, konsumsi lemak jenuh berhubungan langsung dengan kadar kolesterol dalam darah. “Semakin tinggi asupan lemak jenuh, semakin tinggi pula kadar kolesterol dalam darah,” terangnya.

Ada dua jenis lemak tak jenuh yang dianggap lemak sehat. Kita punya lemak tak jenuh ganda, dan lemak tak jenuh tunggal. Kedua jenis lemak ini dianggap lemak baik karena tidak meningkatkan kolesterol LDL.

LDL adalah lipoprotein densitas rendah. Itu kolesterol jahat. Kebalikannya adalah lipoprotein densitas tinggi. “HDL dianggap kolesterol baik karena mengukur jumlah kolesterol yang dikeluarkan dari arteri kembali ke hati,” kata Dr. Fernandes.

Lemak baik ini dapat ditemukan di dalam minyak zaitun, minyak alpukat, serta minyak kedelai dan minyak sayur.

Dr. Fernandes berbagi tips untuk mengurangi lemak tidak sehat dalam pola makan, di antaranya:

1. Gunakan minyak, bukan mentega. Tumis dengan minyak zaitun, bukan mentega, dan gunakan minyak kanola saat memanggang.

2. Konsumsi ikan kaya asam lemak omega-3, seperti salmon, bukan daging, setidaknya dua kali seminggu.

3. Pilih daging tanpa lemak dan unggas tanpa kulit. Pangkas lemak yang terlihat dari daging. Buang lemak dan kulit unggas.

4. Batasi makanan olahan, yang sering kali mengandung lemak jenuh. Sebagai gantinya, konsumsi buah dan sayur utuh saat lapar. (BS)