Berandasehat.id – Gejala awal alergi susu sapi kerap tak disadari orang tua hingga terlambat didiagnosis. Hal itu tak mengherankan mengingat alergi susu sapi mirip dengan penyakit anak umum lainnya.
Secara global, diperkirakan sekitar 2–3% anak mengalami alergi susu sapi pada tahun pertama kehidupannya. Di Indonesia, berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadiannya bahkan lebih tinggi, yakni mencapai 2–7,5% pada anak.
Ada sejumlah tanda dan gejala saat anak alergi susu sapi, menurut dr. Tiara Nien Paramita, SpA, yakni ruam mendadak dan gatal setelah mengonsumsi susu sapi atau produk turunannya. Selain itu, eksim (dermatitis atopi) yang kerap muncul di usia 2-3 bulan.
“Gejala yang muncul bisa berupa kulit kemerahan, kering, dan bersisik yang sulit sembuh,” ujar dr. Tiara di acara Bicara Gizi membahas topik mengenali tanda alergi yang dihelat Danone Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.
Gejala alergi lain yang perlu dicermati, menurut dr. Tiara, hadirnya keluhan buang air besar (BAB) tidak normal. “Bisa berupa diare kronis, sembelit, atau bahkan BAB berdarah,” ujarnya.

Anak yang kerap muntah atau lebih rewel tanpa sebab yang jelas, terutama setelah minum susu sapi, juga bisa dicurigai sebagai tanda alergi.
Lebih lanjut dr. Tiara menambahkan, pada dasarnya alergi susu sapi memiliki dua tipe reaksi.
Reaksi alergi cepat, disebut juga IgE-Mediated, terjadi dalam hitungan menit hingga maksimal 2 jam setelah konsumsi. Tipe ini umumnya dapat dideteksi melalui tes alergi di laboratorium.B
Berikutnya adalah reaksi lambat (non-IgE-mediated), yakni gejala muncul secara perlahan, berjam-jam hingga berhari-hari kemudian. “Tipe ini kerap negatif pada tes alergi standar, sehingga diagnosisnya lebih sulit dan memerlukan observasi ketat, mencakup tes eliminasi dan provokasi oleh dokter,” jelasnya.
Dr. Tiara mengingatkan bahwa alergi susu sapi yang tidak ditangani bisa berdampak luas, pada kesehatan juga kualitas hidup
Dokter spesialis anak itu mengingatkan, alergi susu sapi dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, terkait penyerapan nutrisi tidak optimal. “Akibatnya berat badan sulit naik, gagal tumbuh, bahkan berisiko stunting,” bebernya.
Berikutnya, alergi yang tidak diatasi di awal kehidupan berpotensi berlanjut menjadi penyakit alergi lain seiring bertambahnya usia. Bisa jadi akan muncul asma, berupa batuk-batuk kronis, terutama malam hari, dan rinitis alergi, ditandai sering pilek/bersin-bersin.
Hal lain yang tak kalah penting terkait alergi yang tidak ditangani adalah kecemasan orang tua, khususnya ibu, yang dapat berdampak pada kualitas pengasuhan.
Sementara itu, gejala alergi yang kerap kambuh berpotensi memicu biaya pengobatan ekstra yang lebih besar bagi keluarga.
Dengan demikian, diagnosis yang cepat dan tepat terbukti lebih hemat biaya dalam jangka panjang. Untuk mendeteksi alergi, orang tua didorong mengenali sinyal-sinyal kecil gejala alergi.
Apabila mencurigai adanya reaksi setelah konsumsi susu sapi, langkah yang harus dilakukan adalah segera konsultasi dengan dokter anak.
Langkah yang disarankan dokter untuk diagnosis awal mencakup eliminasi dan provokasi. Pada eliminasi, hentikan konsumsi susu sapi dan produk turunannya selama 1-4 minggu. Sedangkan pada langkah provokasi, setelah gejala hilang, pemberian susu/produk susu sapi dicoba kembali di pengawasan dokter. “Bila gejala muncul, besar kemungkinan anak positif alergi susu sapi,” terang dr. Tiara.
Untuk mendeteksi alergi, jangan pernah mencoba diagnosis dan penanganan mandiri berdasarkan informasi yang tidak valid. Alasannya menurut dr. Tiara setiap anak memiliki kondisi alergi yang berbeda. “Konsultasi dengan dokter anak adalah langkah penting agar diagnosis dan penanganan dapat diberikan secara tepat,” sarannya.

Lebih lanjut dia menyampaikan, anak dengan alergi susu sapi membutuhkan nutrisi lengkap dan seimbang untuk tumbuh kembang optimal. Untuk mencapai tujuan ini, anak alergi susu sapi sebaiknya mengonsumsi susu pengganti yang aman.
Selain itu, dr. Tiara menambahkan, orang tua perlu memastikan anak tetap mendapatkan nutrisi optimal untuk mencegah gangguan pertumbuhan
Kesempatan sama, Medical & Scientific Affairs Director Danone Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, mendorong agar orang tua tak perlu khawatir berlebihan saat anak didiagnosis alergi.
“Alergi makanan, termasuk alergi susu sapi, dapat diatasi dengan baik. Dengan deteksi dini yang akurat dan tata laksana nutrisi yang tepat sesuai rekomendasi dokter, anak-anak dengan alergi susu sapi tetap memiliki peluang besar untuk tumbuh dan berkembang secara sehat, seperti halnya anak tanpa alergi,” ujar Dr. Ray. (BS)