Berandasehat.id – Kanker hati kerap datang tanpa gejala yang jelas hingga diketahui saat stadium lanjut, fungsi hati sudah menurun. Karenanya, pemeriksaan dan deteksi dini penyakit hati sangat penting, apalagi gejala penyakit kanker hati acapkali samar, bahkan tidak muncul sama sekali.
Menurut Prof. Rino Alvani Gani Sp.PD, Subsp GEH(K), meskipun gejalanya samar, namun gejala kanker hati bisa dilihat dari gejala yang muncul, misalnya pembengkakan perut, badan lemas, kulit kuning, rasa nyeri pada perut bagian atas, hingga berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
Sayangnya, jika gejala seperti itu muncul artinya kanker hati sudah di stadium lanjut. “Kanker hati sering tidak bergejala, bahkan ukuran tumornya sudah 10 cm saja tidak bergejala. Kalau sudah muncul gejala seperti ini sudah terlambat,” ujar Prof. Rino dalam edukasi media terkait penanganan kanker hati yang dihelat RS Pondok Indah di Jakarta, baru-baru ini.
Lebih lanjut dia menyampaikan, saat ini kanker hati menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah kanker paru. Penyebab utama kanker hati di Indonesia karena infeksi virus hepatitis yang memicu kerusakan organ vital ini hingga menjadi kanker. Selain itu, perlemakan hati turut menyumbang kenaikan angka kanker hati di Tanah Air. “Di Indonesia, penyebab nomor satu kanker ini adalah infeksi hepatitis, baru diikuti dengan perlemakan (hati),” tutur Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi yang berpraktik di RS Pondok Indah.
Prof. Rino mengatakan, sekitar 60-70 persen kasus perlemakan hati akan memicu peradangan dan kerusakan organ hati (sirosis). Gaya hidup tidak sehat seperti banyak mengonsumsi makanan manis dan berlemak bisa menyebabkan perlemakan hati, yang mengarah pada terbentuknya kanker hati.
Menurut dia, perjalanan penyakit kanker hati bukanlah singkat, melainkan panjang hingga puluhan tahun. “Butuh 20-30 tahun gangguan hati bisa menjadi kanker,” cetus Prof. Rino.
Perlu diketahui, hati memiliki fungsi penting bagi tubuh. Organ ini bertugas menangani segala macam zat kimia, racun, juga infeksi. “Semua itu akan melewati hati,” terang Prof. Rino.
Gangguan pada liver dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi virus seperti hepatitis A, B, dan C, hingga gaya hidup tidak sehat seperti pola makan tinggi lemak, konsumsi alkohol berlebih, hingga kegemukan yang menuntun pada perlemakan hati.

Segala macam zat kimia, racun, infeksi, hingga pencernaan akan melewati hati. Gangguan pada organ vital ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi virus seperti hepatitis A, B, dan C, hingga gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi alkohol berlebihan, pola makan tinggi lemak, serta obesitas yang memicu perlemakan hati.
Pasien pengidap kanker hati memiliki kesintasan buruk, bahkan kanker hati yang tidak diterapi hanya menyisakan usia harapan hidup dalam hitungan bulan, sekitar 4 hingga 5 bulan saja.
Perawatan untuk kanker hati dapat dilakukan dengan memotong bagian hati (melalui operasi) yang ada tumornya. Setelah hati dipotong, organ ini akan beregenerasi dan tubuh melepaskan hormon pertumbuhan. “Sering kali sel kankernya juga ikut tumbuh,” tutur Prof. Rino.
Prosedur microwave ablasi minim sayatan, lebih presisi
Metode perawatan lain adalah radiofrekuensi dan microwave ablasi, merupakan perkembangan dari teknologi radiofrekuensi. Microwave ablasi merupakan prosedur mengancurkan sel kanker dengan gelombang mikro berfrekuensi tinggi dilakukan secara minimal invasif (sayatan minimal, bukan operasi terbuka). “Dalam hal ini jarum tipis akan dimasukkan tepat ke arah lokasi tumor dengan bantuan teknologi pencitraan sehingga lebih akurat. Selanjutnya, tumor lalu dihancurkan oleh panas yang suhunya sangat tinggi,” terang Prof. Rino.
Dibandingkan operasi besar, teknik microwave ablasi akan memberikan hasil yang lebih baik pada pasien kanker hati dengan ukuran tumor kurang dari 5 cm.
Prosedur microwave ablasi menawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan prosedur bedah konvensional, antara lain menargetkan tumor secara presisi tanpa merusak jaringan hati sehat, minim luka dan perdarahan, risiko komplikasi lebih rendah, Pemulihan cepat, pasien segera beraktivitas kembali (pasien umumnya boleh pulang hanya dalam 1–2 hari setelah prosedur), serta dapat dikombinasikan dengan terapi lain untuk hasil lebih optimal
Lantas apakah microwave ablasi tidak bisa dilakukan pada tumor erukuran di atas 5 cm? “Pada pasien dengan ukuran tumor yang lebih besar tetap bisa melakukan terapi ini, asalkan fungsi hati masih baik dan tidak bisa diterapi dengan modalitas lainnya,” terang Prof. Rino.
Selain itu, pasien dengan kondisi medis yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi juga dapat ditangani dengan metode microwave ablasi. Tindakan ini juga dilakukan kepada pasien dengan kanker hati yang muncul kembali (rekurensi).
Lebih lanjut Prof. Rino menjelaskan, tindakan ablasi dapat diulang beberapa kali jika jumlah tumornya banyak dan tersebar. “Setelah tindakan microwave ablasi, pasien harus melakukan pemeriksaan berkala untuk mengecek apakah tumornya tumbuh lagi atau tidak,” tandasnya.
Dia mengingatkan, deteksi kerusakan hati sedini mungkin merupakan hal yang sangat penting, mengingat penanganan kanker hati akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. “Semakin cepat terdeteksi, maka semakin cepat pula pasien ditangani dan mencegah kanker berkembang menjadi lebih parah,” pungkas Prof. Rino (BS)