Berandasehat.id – Indonesia dihadapkan pada tantangan ganda yang memerlukan aksi kolektif segera, meningkatnya angka obesitas dan diabetes, dua kondisi yang saling berkaitan dan kini mendorong krisis kesehatan serta ekonomi yang kian meresahkan.

Menurut dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD, K-EMD, Ph.D, obesitas dan diabetes adalah dua sisi dari koin yang sama. “Kelebihan lemak tubuh terutama di bagian perut bisa memicu berbagai macam penyakit di antaranya diabetes. Jika salah satu ortu diabetes maka risiko keturunan mengidap diabetes mencapai tiga kali lipat. Jika kedua orang tua diabetes, risiko anak terkena diabetes melonjak hingga enam kali lipat,” terang dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes dalam edukasi diabetes dan obesitas yang dihelat Novo Nordisk di Jakarta, baru-baru ini.

Alasan di balik kegemukan bisa mengarah diabetes, menurut dr. Dicky, lemak tubuh berlebih bisa memicu resistensi insulin, yaitu situasi saat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin – hormon yang berfungsi membantu glukosa/gula darah masuk ke dalam sel untuk dijadikan energi. 

Akibatnya, pankreas harus memproduksi lebih banyak insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap normal, yang dapat menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah – sehingga kadar gula darah naik.

Menurut dr. Dicky, pada pasien obesitas, insulin tidak bekerja dengan baik. Orang gemuk mungkin perlu insulin 60-80 di fase awal untuk mengompensasi obesitas dengan resistensi insulin. “Lama kelamaan pankreas tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah cukup, mungkin hanya menjadi 40, akibatnya gula darah naik,” terangnya.

Pengecekan gula darah dan indeks massa tubuh (BMI) untuk skrining obesitas dan diabetes

lebih lanjut ia menambahkan, resistensi insulin bisa memicu berbagai kondisi lain yang merugikan kesehatan, antara lain tekanan darah naik (hipertensi), kolesterol dan asam urat tinggi, hingga tidur tidak nyenyak karena tidur ngorok (kerap disebut sleep apnea obstruktif), serta gangguan sendi karena kelebihan berat badan.

Salah satu parameter yang perlu diwaspadai terkait obesitas sentral adalah ukuran lingkar perut, akibat penimbunan lemak visceral yang membungkus organ di bagian dalam. “Lingkar perut wanita sebaiknya tak melebihi 80 cm, sedangkan untuk pria tak lebih dari 90 cm. Di atas angka itu harus hati-hati,” ujar dr. Dicky.

Lemak visceral di dalam tubuh memainkan peran besar dalam memicu resistensi insulin dan peradangan kronis, yang membuka jalan menuju diabetes.

Orang gemuk perlu menurunkan berat badan untuk mencegah beragam kondisi kesehatan yang merugikan. “Penurunan berat badan 5–10% saja sudah terbukti memperbaiki kadar gula darah, tekanan darah, dan lipid; sementara penurunan lebih dari 10–15% bahkan dapat mendorong remisi diabetes tipe 2,” beber dr. Dicky.

Obesitas masalah kompleks, bukan sekadar malas gerak

Obesitas bukan sekadar urusan berat badan, melainkan kondisi medis kronis yang menimbulkan risiko serius bagi kesehatan, termasuk diabetes tipe 2, penyakit jantung, hipertensi, sleep apnea, osteoartritis, hingga beberapa jenis kanker.

Data menyebut, sekitar satu dari empat orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas, dan lebih dari satu dari tiga mengalami obesitas sentral/lemak visceral menumpuk. Ini bukan sekadar angka statistik, tapi peringatan keras, karena di balik tren obesitas, risiko diabetes meningkat tajam.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Obesitas, sebuah panduan komprehensif bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dalam mengenali dan mengelola obesitas secara tepat.

PNPK Obesitas menekankan pendekatan bertahap, dimulai dengan perubahan gaya hidup (aktivitas fisik, pola makan, dan tidur), lalu bila belum cukup, terapi medis atau farmakoterapi sesuai indikasi, dengan pemantauan dan rujukan tepat waktu.

Sebagai bagian dari komitmennya untuk membantu lebih banyak masyarakat mendapatkan perawatan yang tepat, Novo Nordisk Indonesia terus mendorong peningkatan akses terhadap edukasi, layanan kesehatan, dan dukungan medis yang tepercaya bagi individu dengan obesitas di seluruh Indonesia, salah satunya melalui NovoCare.id.

Clinical, Medical, & Regulatory Director Novo Nordisk Indonesia dr. Riyanny M. Tarliman, menegaskan pentingnya mengubah cara pandang terhadap obesitas. “Penyebab obesitas itu multifaktor. Ini kondisi medis kompleks, ada hormon yang terlibat dalam obesitas sehingga menurunkan berat badan menjadi hal yang sangat menantang,” ujarnya.

Dia mencontohkan, banyak orang yang diet habis-habisan namun gagal dalam turun berat badan. “Dalam situasi ini, orang dengan obesitas berhak mendapatkan bantuan medis yang tepat untuk mengelola obesitas,” ujarnya.

Melalui platform NovoCare.id, tersedia akses untuk menemukan dokter dan informasi yang tepercaya dan dapat memberikan dukungan untuk mengelola obesitas.

Salah satu inovasi terbaru dari Novo Nordisk adalah terapi GLP-1 RA untuk manajemen berat badan, yang telah terbukti secara klinis: 1 dari 3 pasien dapat kehilangan lebih dari 20% berat badan, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 20%, serta meningkatkan fungsi dan kualitas hidup, termasuk pada pasien dengan gagal jantung dan osteoartritis lutut. (BS)