Berandasehat.id – Budaya ngopi hingga diet asal-asalan menjadi salah satu faktor pemicu keropos tulang (osteoporosis) di kalangan anak muda, termasuk Gen Z. Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan meskipun tren olahraga seperti lari atau main padel tengah menjadi tren di kalangan muda, namun hal itu belum cukup untuk mencegah ancaman osteoporosis.
“Budaya ngopi tanpa susu serta diet asal-asalan bisa meningkatkan peluang osteoporosis pada anak muda, termasuk Gen Z,” ujar Nadia di acara Anlene OsteoWalk 10.000 Langkah Jakarta 2025 di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (16/11).
Hobi minum kopi juga dapat menghambat nutrisi penting oleh tubuh. “Kopi sering bersifat asam, sehingga menyebabkan serapan zat gizi di dalam lambung kerap terganggu,” terang Nadia.
Berbagai studi menyebut kopi dapat mengurangi penyerapan kalsium karena kafein dapat menghambat penyerapan kalsium di usus dan meningkatkan pengeluaran mineral penting ini melalui urin. Selain itu, konsumsi kopi rutin dalam jumlah banyak berpotensi membahayakan kesehatan tulang jika tidak diimbangi dengan asupan kalsium dan vitamin D dalam jumlah cukup.

Lebih lanjut Nadia mengungkap, banyak anak muda yang minum kopi tanpa memikirkan bahwa di saat yang sama, tubuh mereka kekurangan asupan kalsium yang seharusnya diperoleh dari makanan atau minuman lain. “Jika berlangsung terus-menerus, kombinasi ini dapat mempercepat risiko kerapuhan tulang,” bebernya.
Karenanya, Nadia menyarankan minum kopi harus dibarengi dengan aktivitas fisik secara rutin minimal dengan banyak berjalan kaki untuk memperkuat struktur tulang. “Lakukan jalan kaki dengan pembebanan, weight bearing, melawan gravitasi untuk memperkuat tulang dan otot,” ujarnya.
Kesempatan sama, Nadia juga menyoroti diet tidak seimbang pada Gen Z, alias cenderung asal-asalan. Salah satu yang paling terdampak adalah kalsium dan vitamin D, dua komponen penting dalam pembentukan dan kekuatan tulang. “Banyak anak muda yang mulai defisit kalsium sejak dini karena pola diet yang tidak mempertimbangkan kebutuhan mineral lain. Akibatnya, risiko kerapuhan tulang dapat muncul lebih cepat,” ujarnya.
Pola diet Gen Z kerap hanya fokus mengurangi karbohidrat atau memperbanyak protein, tanpa memikirkan mineral lain yang dibutuhkan tubuh. Akibatnya, perilaku ini membuat tulang kehilangan fondasi penting yakni kalsium dan vitamin D yang seharusnya dibangun sejak usia muda. “Defisit kalsium yang dibiarkan sejak muda akan berdampak pada masa depan,” Nadia mengingatkan.
Osteoporosis bukan hanya intai lansia
Nadia mengingatkan agar kalangan muda mulai peduli pada osteoporosis. Pasalnya, osteoporosis yang biasanya muncul setelah usia 50 tahun kini bisa datang lebih cepat ketika seseorang menjalani gaya hidup yang tidak sehat, malas gerak hingga pola makan yang tidak mencukupi kebutuhan kalsium.
“Anak-anak muda sekarang jangan berpikir bahwa osteoporosis itu hanya pada usia lansia. Ketika menjalani diet, komposisi nutrisi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, terutama kalsium,” tuturnya.
Dia mengingatkan, meskipun saat ini dampaknya belum terasa, kekurangan kalsium dapat memengaruhi kekuatan tulang di kemudian hari.
Data Bone Scan terhadap lebih dari 500.000 orang di 16 kota yang dilakukan Perosi (Perhimpunan Osteoporosis Indonesia) bersama Anlene menunjukkan tren yang mengkhawatirkan terkait kesehatan tulang, yakni lebih dari 50 persen di antaranya berisiko mengalami osteoporosis.
Dari data tersebut, ditemukan bahwa Gen X memiliki risiko osteoporosis sekitar dua kali lebih tinggi dibandingkan generasi Milenial, dan hampir 2,7 kali lebih tinggi dibandingkan Gen Z.
Jakarta juga tak luput dari ancaman osteoporosis. Data yang sama menunjukkan lebih dari 60% peserta terdeteksi berisiko mengalami osteoporosis, dan mereka yang jarang berjalan kaki memiliki risiko 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan yang hidup sedentari.

Kesempatan sama, Ketua Umum Perosi Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, mengingatkan osteoporosis hampir tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, namun dapat meningkatkan risiko patah tulang yang bisa mengganggu kualitas hidup seiring bertambahnya usia.
“Karena itu, penting untuk melakukan pencegahan sejak dini. Aktivitas sederhana seperti berjalan atau melakukan latihan weight bearing dapat membantu menjaga kepadatan tulang, memperkuat sendi, dan meningkatkan daya tahan otot,” ujar Dr. Tirza.
Setelah Jakarta, semangat aktif bergerak Anlene bersama Perosi melalui kampanye OsteoWalk 10.000 Langkah akan dilanjutkan ke Surabaya untuk mengajak lebih banyak masyarakat Indonesia bergerak aktif bersama melawan osteoporosis.
“Melalui kampanye ini, Anlene mengajak generasi muda untuk melakukan pencegahan sedini mungkin untuk menjaga kesehatan tulang dan mengurangi risiko osteoporosis yang berdampak pada kehidupan mereka,” tandas Presiden Direktur Fonterra Brands Indonesia, Yauwanan Wigneswaran. (BS)