Berandasehat.id – Kebanyakan orang mengetahui diabetes mencakup diabetes tipe 1 (akibat penyakit autoimun), diabetes tipe dua (pengaruh gaya hidup) dan diabetes gestasional (terjadi selama kehamilan), sehingga diabetes tipe 5 masih terdengar asing, padahal bisa jadi jumlah penderitanya banyak.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes tipe 5 sebelumnya dikenal sebagai diabetes melitus terkait malnutrisi (MRDM), yakni bentuk diabetes yang terkait dengan kekurangan gizi kronis dan disparitas kesehatan.
MRDM secara resmi diklasifikasikan sebagai diabetes tipe 5 pada pertemuan para ahli internasional yang diadakan pada Januari 2025. Klasifikasi baru ini didukung oleh Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada Kongres Diabetes Dunia 2025 di Bangkok, Thailand. Kondisi ini sekarang diakui sebagai klasifikasi diabetes kelima, bersama dengan diabetes tipe 1, 2, 3c, dan gestasional.
Kondisi ini terutama memengaruhi orang-orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMIC), terutama di Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara.
“Diabetes tipe 5 terjadi pada pasien malnutrisi atau kurang gizi di masa 1000 hari pertama kehidupan anak,” ujar dr Dicky Lavenus Tahapary, SpPD-KEMD, PhD, FINASIM pada acara #Hands4Diabetes yang dihelat Tropicana Slim di Jakarta, baru-baru ini.
Spesialis menyakit dalam itu menambahkan pasien diabetes tipe lima biasanya bertubuh kurus dan berat lahirnya kurang. Anak kerdil (stunting), berisiko lebih besar mengidap diabetes tipe 5. “Hasil penelitian yang sudah ada menunjukkan diabetes tipe lima lebih banyak terjadi di negara-negara yang pendapatannya cenderung rendah,” tuturnya.

Diakui dr Dicky, diagnosis diabetes tipe 5 lebih sulit. “belum banyak diketahui soal diabetes ini, proses diagnosis berarti perlu menyingkirkan diabetes tipe satu dan tipe dua terlebih dahulu,” terangnya.
Laman IDF menyebut, diabetes tipe 5 disebabkan oleh kekurangan gizi yang berkepanjangan, terutama selama masa kanak-kanak dan remaja. Gizi ibu yang buruk, infeksi yang sering terjadi, dan kerawanan pangan kronis dapat mengganggu perkembangan pankreas. Hal ini mengurangi kemampuannya untuk memproduksi insulin.
Kerusakan pankreas bukanlah akibat reaksi autoimun, seperti pada diabetes tipe 1, atau resistensi insulin, seperti pada diabetes tipe 2. Sebaliknya, ini adalah jenis diabetes bukan autoimun, yang disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi insulin yang cukup akibat jaringan pankreas yang belum berkembang.
“Pada diabetes tipe 5, kemampuan pankreas produk insulinnya tidak bagus, jadi pasiennya tidak gemuk,” ujar dr. Dicky. “Ini beda dengan diabetes tipe 2, penderita kebanyakan gemuk dulu, baru timbul diabetes.”
Remisi diabetes bisa lepas obat
Penyandang diabetes tipe 2 bisa mengalami remisi, yakni dapat mempertahankan kadar gula darah normal tanpa obat-obatan diabetes untuk jangka waktu tertentu.
“Remisi ini tidak sama dengan penyembuhan, karena penyakit dapat kambuh jika gaya hidup tidak dijaga,” ujar dr. Dicky seraya menambahkan remisi dapat dicapai melalui perubahan gaya hidup seperti diet sehat, olahraga teratur, dan penurunan berat badan.
Lebih lanjut dikatakan, remisi diabetes dapat membantu mengurangi risiko komplikasi diabetes seperti serangan jantung, stroke, kehilangan penglihatan, menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah, dan risiko amputasi.
Umumnya pasien diabetes tipe 2 yang terdeteksi sejak dini – kurang dari lima tahun, gemuk, fungsi pankreasnya masih bagus demikian juga kadar insulinnya, bisa mengalami remisi. “Untuk diabetes tipe 1 tidak mengalami remisi,” terang dr. Dicky.
Remisi diabetes sulit dicapai pasien yang mengidap penyakit ini dalam waktu lama, karena biasanya fungsi pankreas sudah menurun dan kadar insulin juga kurang baik. Selain itu, pasien diabetes yang kurus sulit mencapai remisi karena produksi insulinnya sudah buruk.
Karenanya, penting untuk sedini mungkin deteksi diabetes. “Sesegera mungkin diketahui memiliki diabetes, maka peluang untuk remisi atau terlepas dari obat pun semakin tinggi,” tandas dr. Dicky. (BS)