Berandasehat.id – Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia hidup dengan hipertensi/tekanan darah tinggi. Yang bikin miris, hanya 18,9 persen pasien yang mencapai tekanan darah terkontrol.

Hipertensi terjadi ketika tekanan darah arteri secara konsisten berada di atas 130/85 mmHG dan berlangsung secara kronis atau dalam jangka panjang.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa dari 1,4 miliar penyandang hipertensi berusia 30-79 tahun di seluruh dunia. Meskipun banyak yang telah terdiagnosis dan menjalankan pengobatan (sekitar 44%), hanya 320 juta (23%) yang mengontrol hipertensi mereka.

“Hipertensi dijuluki the silent killer bukan tanpa alasan. Kondisi ini sering tidak bergejala, tetapi diam-diam dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ vital seperti jantung, ginjal, otak, dan pembuluh darah,” ujar dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dalam edukasi media yang dihelat Bayer Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.

Karena sering datang tanpa gejala, sebagian besar pasien baru menyadari mereka mengidap hipertensi setelah mengalami komplikasi serius, penyakit kardiovaskular (jantung dan pembulluh darah) seperti serangan jantung dan stroke, hingga fungsi ginjal anjlok.

Lebih lanjut dr. Tunggul menyampaikan, tekanan darah manusia mengikuti irama sirkadian tubuh. “Salah satu fase paling kritis adalah morning surge yaitu lonjakan tekanan darah tajam antara pukul 06.00–10.00 pagi,” terangnya.

dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH (tengah) menjelaskan butuh upaya holistik kendalikan hipertensi (dok. Berandasehat.id)

Lebih lanjut dikatakan, lonjakan tekanan darah setelah bangun tidur dapat memicu stroke atau serangan jantung, terutama pada pasien hipertensi derajat 2 dan 3. Inilah mengapa pasien perlu melakukan pengecekan tekanan darah secara mandiri dan teratur di pagi dan malam hari.

Selain itu penting untuk patuh menjalankan pengobatan agar tekanan darah terkendali selama 24 jam untuk melindungi pasien dari komplikasi serius.

Pendekatan holistik kontrol tekanan dara

Untuk mencapai kontrol tekanan darah yang optimal, pengelolaan hipertensi memerlukan pendekatan holistik yang menggabungkan gaya hidup sehat dan penggunaan obat-obatan sesuai rekomendasi dokter.

Penyandang hipertensi juga perlu menjaga berat badan ideal melalui pola makan seimbang dengan memperbanyak sayur, buah, dan protein sambil membatasi asupan garam, serta dibarengi aktivitas fisik rutin minimal 30 menit per hari selama 3 – 5 hari per minggu, seperti jalan kaki, berenang atau bersepeda.

Lebih lanjut dr. Tunggul menyampaikan, pengelolaan hipertensi tidak hanya bergantung pada dokter, pasien memegang peranan utama. Pemantauan mandiri, kepatuhan mengonsumsi obat, dan pencatatan tekanan darah harian menjadi dasar bagi dokter untuk mengevaluasi terapi.

“Dokter hanya dapat menilai kondisi dan menyesuaikan terapi berdasarkan data yang diberikan pasien, mulai dari catatan tekanan darah, kepatuhan obat, hingga keluhan harian,” ujarnya.

Semakin lengkap data tersebut, semakin tepat keputusan klinis yang dapat diambil. Data mandiri inilah yang memungkinkan dokter menentukan apakah pasien membutuhkan intensifikasi terapi, pergantian obat, atau perubahan gaya hidup tertentu.

Dia juga menekankan pentingnya komunikasi aktif antara pasien dan tenaga medis. Pasalnya, manajemen hipertensi membutuhkan konsistensi, termasuk kepatuhan konsumsi obat sesuai anjuran dokter.

“Tidak semua obat anti hipertensi sama. Obat yang ideal harus memenuhi karakteristik berbasis ilmiah, terjangkau dan mudah diakses, dapat ditoleransi baik oleh pasien, serta memiliki bukti manfaat nyata pada populasi yang dituju,” terang dr. Tunggul.

Penelitian klinis menunjukkan penurunan 10 mmHg tekanan darah sistolik dapat mengurangi risiko stroke hingga 27%, kejadian kardiovaskular mayor hingga 20%, dan gagal jantung hingga 28%. Hal ini menegaskan bahwa kepatuhan konsumsi obat dan memantau tekanan darah dapat berdampak besar.

Pedoman WHO 2021 Guidelines dan PERHI 2021, batasan normal apabila tekanan darah sistolik <130 mmHg dan/atau diastolik <85 mmHg. Untuk mencapainya, pengendalian tekanan darah harus berlangsung stabil selama 24 jam, tidak hanya saat kunjungan ke fasilitas kesehatan.

Bayer menyediakan obat inovatif yang dirancang menjaga kestabilan tekanan darah sepanjang hari. Salah satunya melalui pemanfaatan teknologi Osmotic-controlled Release Oral Delivery System (OROS) pada Nifedipine GITS yang memungkinkan pelepasan obat secara stabil selama 24 jam, melindungi pasien dari morning surge dan menjaga tekanan darah tetap terkontrol.

Kesempatan sama, dr. Irawan Septian Nugroho, MBBS, MMed (Int. Med), Medical Lead Bayer Indonesia, menjelaskan Nifedipine GITS (OROS) tergolong sebagai Calcium Channel Blocker (CCB) – 1 dari 5 kelompok obat terapi hipertensi yang sangat efektif, terutama bagi populasi Asia dan lanjut usia.

“Teknologi OROS bekerja dengan memanfaatkan tekanan osmotik untuk mendorong kandungan dalam Nifedipine keluar dari tabletnya secara perlahan dan konsisten sepanjang hari. Hasilnya, kadar obat dalam darah tetap datar dan stabil selama 24 jam,” ujarnya.

Itu berarti membantu pasien mencapai kontrol tekanan darah yang lebih konsisten dengan konsumsi hanya sekali sehari. Manfaat lanjutannya, kepatuhan pasien cenderung meningkat.

Studi klinis berskala besar seperti INSIGHT dan ACTION menunjukkan bahwa Nifedipine GITS (OROS) memiliki profil keamanan dan efektivitas tinggi.

Dalam studi jangka panjang lebih dari 5 tahun, Nifedipine GITS terbukti memberikan penurunan tekanan darah yang stabil tanpa menyebabkan hipotensi atau peningkatan detak jantung. (BS)