Berandasehat.id – Infeksi dengue bukan hanya ancaman kesehatan, tetapi juga menimbulkan dampak ekonomi signifikan bagi Indonesia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2024 menyebut Indonesia memiliki lebih dari 257.000 kasus dan 1.400 kematian akibat dengue.

Menjawab tantangan tersebut, perusahaan farmasi global MSD bersama RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dan tim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia didukung Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), memulai uji klinis tahap lanjut untuk pengembangan vaksin dengue dengan cakupan usia mulai dari dua tahun.

Uji klinis vaksin V181-005 ini bertujuan mengevaluasi keamanan, imunogenisitas, dan efikasi vaksin dengue untuk memberikan perlindungan yang lebih relevan dan efisien untuk mencegah infeksi dengue dalam jangka panjang.

“Uji klinis vaksin V181-005 berpotensi menghadirkan inovasi untuk meningkatkan kepatutan dan mempercepat perlindungan bagi anak. BPOM telah menerbitkan persetujuan untuk uji klinis ini pada Agustus 2025,” ujar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar.

BPOM akan mengawal pelaksanaan uji klinis melalui inspeksi Cara Uji Klinis yang Baik (CUKB).

Ilustrasi vaksin dengue

Indonesia menjadi salah satu dari negara-negara di Asia Tenggara yang berpartisipasi dalam penelitian multinasional ini, bersama Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Kegiatan ini dilaksanakan di bawah koordinasi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo sebagai leading site, dengan dukungan IMERI FKUI sebagai laboratorium referensi dan melibatkan empat puskesmas di wilayah DKI Jakarta.

Uji klinis vaksin ini dilakukan melalui tahapan penelitian yang ketat, dimulai dari fase 1 dan 2 pada subjek dewasa untuk menilai keamanan, menentukan dosis serta menilai respons imun.

Saat ini uji klinis memasuki fase 3 yang akan melibatkan lebih dari 10.000 partisipan sehat, termasuk anak usia 2–17 tahun, dengan durasi lima tahun dan berlangsung di beberapa negara. Pada tahap ini, peneliti menilai keamanan, imunogenisitas, dan efikasi vaksin dalam jangka panjang.

Uji klinis ini dipimpin oleh Dr. dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.Sc., Ph.D sebagai peneliti utama.

Dia mengatakan, Indonesia memberikan kontribusi kasus dengue tertinggi di wilayah Asia Tenggara. Anak-anak menjadi kalangan yang paling berisiko mengalami keparahan hingga kematian akibat infeksi dengue.

“Pada fase ketiga uji klinis di Indonesia, sebanyak 1.000 responden akan berpartisipasi melalui proses seleksi yang ketat, disertai persetujuan dari peserta dan orangtua, serta pemantauan medis berkelanjutan,” ujar Mulya.

Uji klinis ini menjadi langkah ilmiah yang signifikan untuk mendapatkan data yang valid mengenai keamanan, respons imun, dan efikasi vaksin dengue.

Harapannya, hal ini dapat memberikan manfaat nyata dengan pemberian vaksin dengue satu kali bagi masyarakat Indonesia dan memperkuat upaya nasional dalam mencegah infeksi dengue di masa depan.

“MSD berkomitmen untuk membantu mengatasi infeksi dengue, penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan tersebar luas, melalui pengembangan vaksin dengue,” ujar Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.

MSD dalam hal ini bertindak sebagai produsen vaksin dengue yang tengah diuji klinis. (BS)