Berandasehat.id – Hernia dikenal dengan istilah ‘turun berok’ karena munculnya benjolan di area tertentu, terutama di perut atau selangkangan. Bisa dialami anak laki-laki dan perempuan, hernia terjadi karena bagian organ atau jaringan tubuh yang menonjol keluar melalui dinding rongga yang melemah atau tidak menutup sempurna sejak lahir.
Menurut Dokter Spesialis Bedah Anak, dr. Karmile yang berpraktik di RS Pondok Indah, secara medis, hernia dapat melibatkan jaringan lemak maupun usus, dan keduanya tetap dikategorikan sebagai hernia. “Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele, karena hernia yang tidak segera ditangani berisiko mengalami penjepitan organ, kebocoran jaringan, hingga kematian jaringan,” ujarnya dalam temu media di Jakarta, baru-baru ini.
Penanganan hernia pada anak bergantung pada jenisnya. Dua jenis hernia paling umum, yakni umbilikal dan ingunal, memiliki tatalaksana yang berbeda. Pada hernia umbilikal yang terjadi di pusar, tak semua kasus harus langsung memerlukan operasi. Pasalnya, dalam beberapa kasus, hernia umbilikal bisa menutup sendiri.
“Dokter akan melakukan observasi pada hernia umbilikal hingga anak berusia 3-4 tahun, karena ada peluang itu akan menutup sendiri,” ujar dr. Karmile.
Operasi hernia umbilikal perlu dipertimbangkan jika ditemukan kondisi tertentu, seperti benjolan yang menetap hingga usia 4 tahun dengan diameter lebih dari 2 cm.
Adapun untuk kasus hernia inguinal, operasi dibutuhkan untuk mengatasi kasus hernia yang tidak bisa menutup dengan sendirinya. Hernia inguinal terletak di selangkangan atau lipatan paha, dan tak bisa sembuh dengan obat-obatan atau pijat. “Kalau pasien datang dengan keluhan benjolan di lipatan paha, begitu diagnosis hernia inguinal ditetapkan, obatnya sudah pasti operasi,” bebernya.
Hernia inguinal yang tidak ditangani bisa memicu organ atau jaringan terjepit, kebocoran organ, bahkan kematian jaringan atau organ. “Ini kondisi darurat, jadi harus secepatnya ditangani,” lanjut dr. Karmile.
Pascatindakan operasi, anak dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berat selama kurang lebih tiga bulan guna memastikan proses penyembuhan berjalan optimal.

Meskipun telah ditangani, namun hernia bisa juga kambuh kembali. “Rekurensi/kekambuhan itu ada peluangnya, tapi kecil, dan umumnya tergantung status gizi anak. Kalau gizi si anak jelek, akan ada peluang kambuh,” ujarnya.
Dalam kasus operasi hernia, sebut dr. Karmile, tindakan dokter hanya menutup dengan cara menjahit lubang. “Harapannya nanti lubang itu akan menempel sendiri,” ujarnya.
Pada kasus anak dengan gizi buruk, misalnya penderita TBC, dengan tanda totol-totol di perut, luka bekas operasi umumnya sulit sembuh. “Anak-anak TBC itu penyembuhan jaringannya jelek sekali. Solusinya obati dulu TBCnya, baru rencanakan operasi ulang,” tandasnya. (BS)