Berandasehat.id – Mikrobioma usus telah menjadi bintang yang bersinar di dunia ilmu kesehatan selama beberapa tahun terakhir, menarik minat baik dari para peneliti maupun masyarakat umum. Ini tak lepas dari peran besar penghuni usus dengan kesehatan umum dan penyakit, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, serta fakta bahwa mikrobioma usus merupakan elemen kesehatan manusia yang dapat dimodifikasi.

Namun, ilmu pengetahuan seputar dunia mikroba usus yang menakjubkan ini masih terus berkembang dan masih banyak yang perlu dipelajari.

Nah, sebuah studi baru yang diterbitkan di Nature, telah menambah pemahaman kita tentang mikrobioma manusia secara signifikan.

Dalam studinya tim peneliti menganalisis mikrobioma usus, diet, dan penanda kesehatan dari lebih dari 34.500 orang di AS dan Inggris, dan menghubungkan ratusan spesies mikroba usus tertentu dengan indikator utama kesehatan dan diet.

Data tersebut berasal dari program Zoe PREDICT di Inggris dan AS, yang dijalankan oleh perusahaan pengujian mikrobioma Zoe.

Para peneliti menggunakan pembelajaran mesin untuk menghubungkan spesies mikroba usus tertentu pada 34.694 peserta studi dengan pola makan dan faktor risiko kesehatan umum seperti indeks massa tubuh (BMI), trigliserida, glukosa darah, dan HbA1c, serta penanda klinis yang merupakan ukuran perantara kesehatan kardiometabolik.

Dari 661 spesies mikroba, para peneliti fokus pada 50 spesies yang paling menguntungkan terkait dengan kesehatan yang baik dan 50 spesies yang paling tidak menguntungkan terkait dengan kesehatan yang baik.

Proses ini menghasilkan pengembangan ‘Peringkat Kesehatan Mikrobioma ZOE 2025’ dan ‘Peringkat Diet 2025’ yang digunakan untuk memberi skor mikroba sebagai menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi kesehatan pada skala 0 hingga 1.

Mikroba yang mendekati nol dianggap berkorelasi positif dengan penanda kesehatan dan mikroba yang mendekati satu berkorelasi negatif. Hal ini dilakukan untuk semua 661 mikroba yang dipelajari.

Kaitan bakteri usus dengan indikator kesehatan utama

Sistem pemeringkatan mengidentifikasi ratusan spesies mikroba usus (digambarkan sebagai kelompok genom tingkat spesies (SGB) dalam makalah tersebut), yang secara signifikan terkait dengan penanda kesehatan dan kualitas diet.

Tim menemukan bahwa mikroba yang menguntungkan lebih umum pada orang dengan BMI lebih rendah dan lebih sedikit penyakit, sementara mikroba yang tidak menguntungkan lebih umum pada mereka yang mengalami obesitas dan penyakit.

Sebagian dari penelitian yang berfokus pada BMI, menggunakan data dari 5.348 individu sehat, dan membagi mereka menjadi tiga kategori BMI; berat badan sehat, kelebihan berat badan, dan obesitas.

Tim juga menilai apakah SGB yang berperingkat kesehatan ZOE MB lebih banyak terdapat pada peserta dengan penyakit tertentu. Diketahui bahwa orang-orang dalam kelompok kontrol memiliki mikroba usus yang berperingkat lebih menguntungkan daripada orang-orang dengan penyakit, dan bahwa mereka yang menderita penyakit memiliki lebih banyak mikroba usus yang berperingkat tidak menguntungkan daripada mereka yang tidak menderita penyakit.

Hubungan bakteri usus dengan diet

Intervensi diet juga ditemukan dapat meningkatkan mikroba yang menguntungkan dan mengurangi mikroba yang tidak menguntungkan. Tim tersebut menganalisis data dari dua studi, yang disebut ZOE METHOD dan BIOME, di mana peserta mengikuti program intervensi diet personal yang dirancang untuk meningkatkan mikrobioma atau mengonsumsi suplemen prebiotik. Mikrobioma peserta ini berubah secara signifikan pada akhir studi.

Berfokus pada SGB mikroba usus yang paling signifikan dengan perubahan terbesar dalam kelimpahan relatif setelah intervensi diet, tim peneliti menemukan peningkatan Bifidobacterium animalis, bakteri yang terdapat dalam makanan berbasis susu dan dalam mikrobioma orang yang mengonsumsi lebih banyak makanan tersebut.

Selanjutnya bakteri Lachnospiraceae yang tidak dikenal dan R. hominis yang sebelumnya dikaitkan dengan diet vegan, dan bakteri Lachnospiraceae lain yang tidak dikenal yang terkait dengan diet vegetarian.

Selain menghubungkan spesies bakteri yang sudah dikenal dengan ukuran kesehatan dan pola makan, tim tersebut juga menemukan banyak mikroba penting yang terkait dengan kesehatan yang sebelumnya belum terkarakterisasi.

Studi di masa mendatang berpotensi mendeskripsikan spesies baru ini secara lebih rinci. Meskipun studi observasional yang tidak dapat secara definitif membuktikan hubungan sebab-akibat antara mikroba, pola makan, dan kesehatan, peringkat baru ini dapat memandu penelitian di masa mendatang tentang hubungan sebab-akibat antara faktor-faktor ini dan juga mencakup populasi yang lebih beragam dan intervensi langsung, demikian laporan Science x Network. (BS)