Berandasehat.id – Pembelajaran mesin telah berkembang jauh dalam seperempat abad sejak komputer berjuluk ‘Deep Blue’ mengejutkan dunia dengan mengalahkan juara catur Garry Kasparov.
Saat ini, ketika ponsel cerdas memiliki daya komputasi yang jauh lebih besar daripada Deep Blue, para ilmuwan telah melatih pandangan mereka pada lawan yang lebih besar, termasuk penyakit yang berpotensi fatal seperti kanker, penyakit jantung, dan Covid-19.
Ketika superkomputer berburu ‘koktail’ obat baru untuk mengobati kondisi ini, para ilmuwan dapat memberikan gunungan data dari studi puluhan tahun untuk membantu menginformasikan analisis.
Tetapi virus corona masih terlalu baru dan bermutasi terlalu cepat bagi para ilmuwan untuk beralih ke strategi biasa ini.
Para peneliti di Massachusetts Institute of Technology memiliki cara baru untuk mengatasi kurangnya data tentang virus baru yang telah ‘menjajah’ global hampir dalam kurun 2 tahun terakhir.

Mereka melatih komputer untuk menjalankan algoritma yang dipolakan setelah memberi sinyal ke jaringan di otak manusia. Seperti otak, jaringan saraf ini dapat “belajar” dan beradaptasi dengan informasi yang berubah dengan cepat, menjalin koneksi baru dengan cepat.
Untuk mengidentifikasi kombinasi obat yang mungkin bekerja melawan Covid-19, para peneliti meminta jaringan saraf komputer mereka untuk menilai dua hal sekaligus.
Salah satunya adalah mencari pasangan obat yang akan menjadi antivirus yang lebih kuat bersama-sama daripada obat itu bekerja sendiri. Konsep dua obat yang lebih efektif ini dikenal sebagai “sinergi obat”.
Komputer juga mencari bagian penyakit yang menjadi target obat, seperti protein atau mutasi genetik yang terkait dengan suatu kondisi. Gagasan di balik kedua pendekatan ini adalah bahwa mesin dapat “mempelajari” ‘koktail’ obat mana yang mungkin memiliki kekuatan antivirus paling besar.
Dalam studi mereka, yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, para ilmuwan MIT mengungkapkan dua kemungkinan koktail obat yang mereka temukan menggunakan pendekatan ini. Satu menggabungkan remdesivir, yang telah disetujui FDA untuk mengobati Covid-19, dan reserpin, obat untuk tekanan darah tinggi.
Pasangan lainnya adalah remdesivir dan obat eksperimental yang disebut IQ-1S, salah satu dari keluarga obat yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis.
Koktail obat ini belum terbukti efektif melawan Covid-19 dalam uji coba pada manusia. Tetapi hasil penelitian dapat membantu pengembang obat menentukan kombinasi mana yang paling masuk akal untuk diuji saat mereka mencari pengobatan baru, demikian WebMD. (BS)