Berandasehat.id – Anak-anak yang terkena COVID-19 biasanya pulih dengan cepat dan tidak memerlukan dukungan khusus setelah kembali ke sekolah. Namun, beberapa anak yang tertular COVID-19 mengalami gejala yang terus-menerus dan komplikasi pasca-infeksi. 

Komplikasi – atau kerap disebut dengan istilah Long COVID – dapat mencakup kelelahan, sesak napas, kabut otak (brain fog), perubahan rasa dan bau, dan sakit kepala. 

Anak-anak yang mengalami Long COVID akan membutuhkan dukungan di sekolah. Beberapa gejala – seperti kelelahan, kabut otak, dan gangguan memori – mirip dengan yang dialami setelah gegar otak. Tetapi karena gejala-gejala ini sulit untuk diidentifikasi atau dilacak, mungkin sulit bagi guru untuk mengetahui bagaimana membantu mereka.

Ilustrasi Long Covid pada anak (dok. istimewa)

Peneliti tengah mempelajari bagaimana sekolah mengelola kondisi ini dan prevalensi Long COVID pada hasil kesehatan mental terkait. Peneliti yakin strategi yang digunakan sekolah untuk mendukung siswa yang mengalami ‘gegar otak’ juga dapat membantu mereka yang mengalami gejala Long COVID.

Tidak semua gejala fisik yang dialami setelah sakit COVID-19 menunjukkan Long COVID. Ketika gejala berlangsung lebih dari beberapa minggu, evaluasi medis menyeluruh oleh dokter anak dengan pengetahuan tentang Long COVID sudah tentu direkomendasikan. 

Komplikasi pasca-COVID telah sering dilaporkan oleh orang dewasa. Namun, penelitian tentang Long COVID pada anak-anak masih langka, dengan perkiraan gejala yang persisten sangat bervariasi. Perkiraan luas kemungkinan mencerminkan perbedaan dalam bagaimana peserta penelitian direkrut, berapa lama setelah COVID-19 akut pada anak berpartisipasi dalam penelitian, gejala yang dinilai peneliti dan perbedaan metodologis lainnya.

Siswa yang terus mengalami gejala setelah mereka dites negatif COVID dan diizinkan untuk kembali ke sekolah harus memberi tahu guru tentang masalah ini. Bahkan jika anak tidak secara resmi didiagnosis mengalami Long COVID, kembali ke sekolah dan kegiatan secara bertahap, serta akomodasi akademik dan lingkungan, dapat mendukung anak-anak selama pemulihan.

Peneliti menyarankan agar orang tua, guru, dan dokter bekerja sama untuk mendukung pemulihan anak. Inilah yang disebut perawatan kolaboratif. Akan sangat membantu jika seorang profesional berbasis sekolah – seperti perawat sekolah, konselor atau psikolog – berfungsi sebagai komunikator pusat. Ini melibatkan berbagi akomodasi dengan guru, berbicara dengan dokter dan mengomunikasikan kemajuannya dengan  keluarga. (BS)