Berandasehat.id – Penyintas Covid-19 beberapa di antaranya akan mengalami Long Covid, bentuk gejala menetap yang bertahan lama setelah orang itu dinyatakan negatif berdasar tes PCR. Sayangnya, para ahli tidak tahu siapa saja yang berpotensi mengalami Long Covid.
Sebuah tim peneliti dari Rumah Sakit Universitas Zurich, Universitas Zurich, Rumah Sakit Uster, Rumah Sakit Limmattal dan Rumah Sakit Kota, semuanya di Swiss, telah mengembangkan alat yang mungkin dapat memprediksi pasien mana yang terinfeksi COVID-19 akan berkembang menjadi sindrom akut pasca Covid (PACS), yang juga dikenal sebagai Long Covid.
Pada makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, kelompok tersebut menjelaskan studi mereka terhadap ratusan pasien COVID.

Tidak lama setelah pandemi dimulai, dokter melaporkan bahwa beberapa pasien yang sembuh dari COVID-19 terus mengalami gejala seperti kehilangan penciuman dan/atau perasa, kesulitan bernapas, dan apa yang mereka sebut sebagai ‘kabut otak’ lama setelah mereka usai dirawat dan dinyatakan bebas virus.
Dengan pandemi yang sekarang memasuki tahun ketiga, banyak pasien terus mengalami PACS karena alasan yang tidak diketahui. Dalam upaya baru ini, para peneliti mempelajari riwayat medis dari 175 orang yang memiliki COVID-19 dan 40 orang yang tetap tidak terinfeksi selama penelitian, yang berlangsung selama kurang lebih satu tahun.
Selama waktu itu, mereka menemukan bahwa 82,2 persen dari mereka yang memiliki infeksi parah berakhir dengan Long COVID dibandingkan dengan hanya 53,9 persen dari pasien dengan infeksi ringan. Tim peneliti juga menemukan bahwa pasien dengan PACS juga menghasilkan lebih sedikit antibodi IgM dan IgG3 selama infeksi daripada mereka dengan infeksi yang lebih ringan. Tingkat antibodi pasien yang terinfeksi yang tidak mengembangkan PACS meningkat saat infeksi terjadi.
Para peneliti juga menemukan bahwa faktor risiko lain juga berperan, misalnya asma dan mereka yang lebih tua cenderung lebih mungkin mengembangkan PACS.
Para peneliti menggabungkan semua faktor ini untuk membuat skala faktor risiko dan mengujinya pada 395 pasien COVID-19 lainnya. Tim menemukan akurasi skala bervariasi tergantung pada berbagai faktor, tetapi secara keseluruhan, ditemukan skala yang efektif untuk memprediksi pasien yang terinfeksi akan mengembangkan PACS.
Skala hanya berlaku untuk orang setelah infeksi; dengan demikian, dibutuhkan lebih banyak studi guna lebih memahami mengapa pasien mengembangkan PACS dan siapa saja yang lebih berisiko jika terinfeksi, demikian MedicalXpress. (BS)