Berandasehat.id – Reaksi terhadap vaksinasi penguat/booster Pfizer-BioNTech homolog terjadi dengan frekuensi yang sama seperti setelah menerima dosis vaksin kedua, dan umumnya memiliki tingkat ‘keparahan’ ringan hingga sedang bagi remaja berusia 12 hingga 17 tahun, demikian menurut penelitian yang diterbitkan dalam rilis awal US Centers for Disease Control and Prevention Morbidity and Mortality Weekly Report, 1 Maret 2022.
Anne M. Hause, Ph.D., dari Tim Tanggap Darurat COVID-19 CDC, dan rekan mengkarakterisasi keamanan dosis booster Pfizer-BioNTech di antara remaja berusia 12 hingga 17 tahun dengan meninjau efek samping dan penilaian dampak kesehatan selama seminggu setelah penerimaan dosis booster Pfizer-BioNTech yang homolog (vaksin dosis pertama dan kedua serta booster berasal dari jenis vaksin yang sama).

Sekitar 2,8 juta remaja AS menerima dosis booster Pfizer-BioNTech selama 9 Desember 2021 hingga 20 Februari 2022.
Para peneliti menemukan bahwa selama masa studi, 3.418 dosis booster Pfizer-BioNTech dilaporkan ke v-safe, yaitu sistem pengawasan keamanan berbasis smartphone sukarela untuk efek samping setelah vaksinasi COVID-19.
Reaksi yang dilaporkan ke v-safe menunjukkan frekuensi kurang lebih sama atau sedikit lebih tinggi dibandingkan setelah menerima vaksinasi dosis 2, dengan tingkat ‘keparahan’ ringan sampai sedang paling sering dilaporkan pada hari setelah menerima booster.
Secara keseluruhan, 914 laporan efek samping diterima oleh Sistem Pelaporan Efek Samping Vaksin setelah dosis booster: masing-masing 91,6 persen tidak serius dan 8,4 persen serius.
“Temuan keamanan awal untuk dosis booster di kalangan remaja umumnya serupa dengan yang dilaporkan setelah seri primer pada kelompok usia ini,” demikian simpul peneliti dikutip dari laman MedicalXpress. (BS)