Berandasehat.id – Ada alasan kuat ibu hamil perlu mendapatkan vaksin COVID. Analisis Kaiser Permanente terhadap pasien hamil yang dites positif virus corona menemukan mereka memiliki risiko lebih dari dua kali lipat risiko mendapatkan hasil yang buruk termasuk kelahiran prematur, tromboemboli vena (bekuan darah), dan morbiditas pada ibu yang parah – mencakup kondisi seperti sindrom gangguan pernapasan akut dan sepsis, demikian simpul studi yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine, 21 Maret 2022.

Studi itu menganalisis catatan untuk 43.886 orang hamil selama tahun pertama pandemi COVID-19, dan menemukan bahwa 1.332 yang terinfeksi virus corona selama kehamilan memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk hasil negatif/buruk dibandingkan dengan bumil yang tidak terinfeksi.

Ilustrasi kehamilan (dok. istimewa)

“Temuan ini menambah bukti yang berkembang bahwa terpapar COVID-19 selama kehamilan meningkatkan risiko komplikasi serius,” jelas penulis utama Assiamira Ferrara, MD, Ph.D., seorang ilmuwan peneliti senior dan direktur asosiasi bagian kesehatan wanita dan anak di Divisi Riset Kaiser Permanente dilaporkan MedicalXpress.

“Ditambah dengan bukti bahwa vaksin COVID-19 aman selama kehamilan, temuan ini akan membantu pasien dalam memahami risiko komplikasi perinatal dan perlunya vaksinasi,” kata Dr. Ferrara. “Studi ini mendukung rekomendasi untuk vaksinasi pada ibu hamil dan mereka yang merencanakan kehamilan.”

Dr. Ferrara menyampaikan, kekuatan penelitian ini adalah mengikuti sekelompok besar pasien yang beragam – dari prakonsepsi hingga kehamilan – untuk menilai kemungkinan hubungan antara komplikasi perinatal/kehamilan dan infeksi virus COVID-19, seperti yang diidentifikasi melalui tes PCR.

Para peneliti mempelajari pasien hamil Kaiser Permanente di California Utara yang melahirkan antara Maret 2020 hingga Maret 2021. Populasi pasien beragam secara ras dan etnis, yakni 33,8% kulit putih, 28,4% Hispanik atau Latin, 25,9% Asia atau Kepulauan Pasifik, 6,5% Hitam, 0,3% Indian Amerika atau Penduduk Asli Alaska, dan 5% ras dan etnis multiras atau tidak diketahui.

Individu yang dites positif terinfeksi virus corona cenderung berusia lebih muda, Hispanik, memiliki banyak bayi, mengalami obesitas, atau tinggal di lingkungan dengan keterbatasan ekonomi.

Studi ini menemukan dua kali risiko kelahiran prematur bagi mereka yang dites positif virus corona. Pasien-pasien ini lebih mungkin mengalami kelahiran prematur yang diindikasikan secara medis daripada yang spontan; risiko meningkat untuk kedua jenis kelahiran prematur dan selama masa awal, tengah, dan akhir kehamilan. Kelahiran dapat diinduksi lebih awal ketika ibu memiliki kondisi seperti preeklamsia.

Studi menemukan, responden yang terinfeksi virus corona 3 kali lebih mungkin mengalami tromboemboli, atau bekuan darah, dan 2,5 kali lebih mungkin mengalami morbiditas/kematian ibu.

“Studi kami besar, beragam, dan mendukung perlunya vaksinasi oleh ibu hamil dan mereka yang berencana untuk hamil,” kata rekan penulis Mara Greenberg, MD, spesialis kedokteran ibu-janin dengan The Permanente Medical Group. “Hal terpenting yang dapat dilakukan orang untuk melindungi diri sendiri dan bayinya adalah mendapatkan vaksinasi.”

Analisis menemukan bahwa 5,7% pasien yang terinfeksi virus corona selama kehamilan menjalani rawat inap terkait infeksi tersebut – itu kemungkinan besar untuk pasien kulit hitam atau Asia/Pasifik dan pasien dengan diabetes pregestasional.

Para peneliti membandingkan pasien yang melahirkan sebelum dan setelah Desember 2020, ketika tes COVID-19 universal pasien hamil dimulai, menemukan tingkat tes positif 1,3% sebelum 1 Desember 2020, dan 7,8% setelahnya. Risiko kesehatan yang sama diterapkan pada kedua kelompok.

Tim studi terus meneliti COVID-19 dan kehamilan, dengan fokus pada telemedicine/konsultasi jarak jauh dan pemberian perawatan kesehatan selama pandemi. “Kami juga berencana mengikuti ibu dan anak untuk mempelajari kemungkinan efek kesehatan jangka pendek dan jangka panjang dari infeksi virus corona selama kehamilan,” kata Monique Hedderson, Ph.D., rekan penulis studi dan ilmuwan penelitian di Divisi Riset. (BS)