Berandasehat.id – Perubahan gaya hidup selama tahun pertama pandemi memiliki pengaruh negatif terhadap penyakit hati, demikian menurut sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Liver International.

Studi retrospektif itu menggunakan data pemeriksaan kesehatan dari 973 peserta antara 2018 dan 2020 dari MedCity21, sebuah pusat medis lanjutan untuk pengobatan/pencegahan yang didirikan oleh Osaka City University Hospital pada tahun 2014, dan menemukan bahwa diagnosis baru penyakit hati berlemak terkait disfungsi metabolik (MAFLD) meningkat dari 22 sebelum pandemi COVID menjadi 44 selama pandemi.

“Sebelum pandemi, kami menemukan makan larut malam rutin, atau makan malam dua jam sebelum tidur, sebagai alat prediksi gaya hidup independen untuk mengembangkan MAFLD,” kata Hideki Fujii, penulis pertama studi tersebut. “Namun, analisis menunjukkan asupan alkohol harian yang lebih tinggi menjadi alat prediksi independen penyakit selama pandemi.”

Para peneliti menganalisis kebiasaan gaya hidup dari 22 pasien yang mengembangkan MAFLD antara Juli 2018 hingga Desember 2019, mencakup asupan alkohol, olahraga, durasi tidur, makan per hari, dan makan larut malam. 

Melalui analisis data univariat dan multivariat untuk mengontrol faktor risiko potensial seperti usia, jenis kelamin, dan sebagainya – mereka hanya menemukan proporsi makan larut malam yang secara signifikan lebih tinggi, menandai ini sebagai alat prediksi independen untuk mengembangkan MAFLD.

Sedangkan antara kurun Desember 2019 hingga Desember 2020, pada 44 pasien tambahan yang mengembangkan MAFLD, para peneliti menemukan lonjakan asupan alkohol terutama di antara pasien berusia kurang dari 60 tahun. “Ini mewakili sebagian besar populasi usia kerja sehingga penting untuk memantau lebih dekat dan mengatasi perubahan gaya hidup ini saat pandemi berlanjut,” terang Dr. Fujii.

Peneliti juga menemukan, proporsi perokok dan mereka yang makan 2 kali sehari (bukan 3 kali) lebih tinggi pada mereka yang mengembangkan MAFLD selama pandemi.

“Data kami diambil dari individu yang, setelah menjalani ultrasonografi perut pada 2018, kembali untuk kontrol rutin hingga 2020,” jelas Dr. Fujii. 

Ketika pandemi berlanjut hingga 2022, hasil ini semakin relevan untuk konseling gaya hidup pasien untuk mencegah peningkatan jumlah individu dengan MAFLD, tandas peneliti. (BS)