Berandasehat.id – Monkeypox alias cacar monyet akan diganti namanya, demikian pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal itu bakal dilakukan setelah sekelompok ilmuwan mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk memiliki nama penyakit yang tidak diskriminatif dan tidak menstigmatisasi virus, yang secara misterius menyebar ke luar Afrika dalam beberapa pekan terakhir.

Sebuah makalah ilmiah yang dirilis minggu lalu, ditandatangani oleh 29 ahli, menggunakan istilah “hMPXV” untuk virus dan menyerukan keputusan cepat dan adopsi nama baru.

Mereka mengatakan referensi lanjutan tentang virus yang dikaitkan dengan orang Afrika bukan saja tidak akurat tetapi juga diskriminatif dan menstigmatisasi.

WHO saat ini menyebut dua jenis cacar monyet sebagai ‘clade’ Afrika Barat dan Congo Basin (Afrika Tengah). Clade/klade merupakan suatu kelompok taksonomi yang memiliki satu leluhur bersama dan semua keturunannya juga berasal dari moyang tersebut

Para ilmuwan menulis ada narasi yang meningkat di media dan di antara banyak ilmuwan yang mencoba menghubungkan wabah global saat ini dengan Afrika atau Afrika Barat, atau Nigeria. “Selanjutnya, penggunaan label geografis untuk galur MPXV, khususnya, merujuk pada wabah 2022 sebagai milik clade, galur, atau genotipe Afrika Barat.

Para ilmuwan menambahkan bahwa nama-nama yang netral, tidak diskriminatif dan tidak menstigmatisasi akan lebih sesuai untuk komunitas kesehatan global.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan  bahwa organisasi itu bekerja dengan mitra dan ahli dari seluruh dunia untuk mengubah nama virus cacar monyet, clades dan penyakit yang disebabkannya. “Kami akan membuat pengumuman tentang nama-nama baru sesegera mungkin,” ujarnya, Selasa (14/6/2022) dikutip Sky News.

Dr Neil Stone, seorang spesialis penyakit menular di University College London Hospitals, mencuit bahwa dia senang mendengar bahwa WHO tengah bekerja untuk mengubah nama virus yang sangat tidak populer”

Asal Muasal Nama Monkeypox

Virus itu disebut monkeypox karena pertama kali diidentifikasi pada dua kelompok monyet laboratorium pada tahun 1958. Sejak itu telah diidentifikasi di beberapa monyet liar di beberapa bagian Afrika, tetapi hewan pengerat dianggap sebagai sumber utama infeksi untuk wabah manusia di daerah endemik.

Pada Selasa lalu WHO mengatakan akan mengadakan komite darurat untuk menentukan apakah wabah cacar monyet yang meluas harus dianggap sebagai darurat kesehatan global.

Tedros Ghebreyesus mengatakan dia menjadwalkan pertemuan pada 23 Juni karena virus telah menunjukkan perilaku ‘tidak biasa’ baru-baru ini dengan menyebar di negara-negara jauh di luar bagian Afrika, di mana virus itu endemik. “Kami tidak ingin menunggu sampai situasi di luar kendali,” kata Direktur Darurat WHO untuk Afrika, Ibrahima Socé Fall.

Mendeklarasikan cacar monyet sebagai darurat kesehatan internasional akan memberikan sebutan yang sama dengan pandemi COVID-19 dan berarti bahwa WHO menganggap penyakit yang biasanya langka sebagai ancaman berkelanjutan bagi negara-negara secara global.

WHO mengatakan, ada 1.600 kasus yang dikonfirmasi dan 1.500 dugaan cacar monyet tahun ini di 39 negara, dengan 72 kematian. Namun, tidak ada kematian yang tercatat di negara-negara yang baru terkena dampak, yang meliputi Inggris, Kanada, Italia, Polandia, Spanyol, dan AS.

Bulan lalu, seorang penasihat terkemuka WHO mengatakan wabah di Eropa dan sekitarnya kemungkinan menyebar melalui hubungan seks, yakni kasus di Spanyol dan Belgia.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa siapa pun, terlepas dari orientasi seksualnya, rentan terkena cacar monyet jika mereka melakukan kontak fisik yang dekat dengan orang yang terinfeksi atau pakaian atau seprai.

WHO telah bekerja untuk menciptakan mekanisme di mana beberapa vaksin cacar – penyakit terkait – mungkin tersedia untuk negara-negara yang terkena dampak, dan penelitian terus berlanjut terkait efektivitasnya dalam melawan wabah baru.  (BS)