Berandasehat.id – Penyakit jantung masih jadi pembunuh utama di dunia, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). WHO bahkan memprediksi pada 2030 mendatang orang yang meninggal akibat penyakit jantung bisa menyentuh angka 50 juta per tahun.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebut angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1.000 orang atau saat ini terdapat 4,2 juta orang yang menderita penyakit kardiovaskular. Dari jumlah itu, 2.784.064 di antaranya menderita penyakit jantung. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) melaporkan 14,4 persen sebab kematian di Indonesia adalah penyakit jantung koroner (PJK).
PJK merupakan gangguan fungsi jantung yang terjadi saat arteri koroner tersumbat oleh timbunan lemak. Untuk diketahui, arteri koroner merupakan pembuluh darah yang memasok darah dan oksigen ke otot jantung agar tetap memompa. Kondisi ini membuat otot jantung menjadi kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah, dikenal sebagai aterosklerosis.

Penderita PJK berpotensi mengalami henti jantung mendadak (sudden cardiac death). Pada serangan jantung, bagian dari otot jantung akan mati ketika tidak mendapatkan darah.
Gaya hidup yang tidak sehat, misalnya merokok, kegemukan serta pola makan tinggi lemak menjadi faktor risiko kejadian PJK. Selain itu, orang dengan riwayat keluarga penyakit jantung akan lebih tinggi berisiko mengalami penyakit jantung dibandingkan orang lain. Karena itu bagi mereka yang memiliki mempunyai anggota keluarga dengan PJK, stroke ataupun mati mendadak, maka sebaiknya harus lebih berhati-hati dan lebih cepat melakukan pemeriksaan deteksi penyakit jantung koroner.
Penyakit Jantung Koroner Intai Usia Muda
PJK bukan hanya dialami orang lanjut usia, namun juga kalangan anak muda. Disampaikan Daniel Kevin (28), gaya hidup tidak sehat membuatnya terkena serangan jantung dalam usia yang masih relatif muda.
“Saya merokok, jarang olahraga, sering makan makanan yang berlemak, juga junk food,” ujarnya dalam media gathering ‘Bincang Sehat seputar Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah’ yang dihelat RS Jantung Diagram Cinere Depok, baru-baru ini.
Kevin mengalami serangan jantung yang semula dikira hanya masuk angin biasa. “Dada sebelah kanan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Serangan jantung kedua, tingkat kesakitan yang terasa di dada lebih hebat dibandingkan serangan pertama,” kisahnya.
Saat ke rumah sakit, dr Heston G.B. Napitupulu, SpBTKV (K) – D, memeriksanya dan menemukan pembuluh darah utama ke jantung mengalami penyumbatan 90 persen. “Jadi, tidak ada pilihan lain, operasi bypass harus segera dilakukan,” ujar konsultan spesialis bedah toraks dan kardiovaskular RS Jantung Diagram Cinere Depok saat menjelaskan kondisi pasien.
Operasi bypass jantung (CABG) bertujuan untuk membuat revaskularisasi. “Revaskularisasi ini untuk memperbaiki sirkulasi darah pada otot jantung dengan membuat saluran pintas pada pembuluh darah yang tersumbat atau menyempit,” ujar Heston.
Dia mengatakan, saluran pintas yang dipasang atau dicangkokkan pada pembuluh darah jantung tersebut, diambil dari pembuluh darah vena dari kaki atau lengan atau dinding dada. Pencangkokan pembuluh darah baru inilah yang akan menjadi saluran untuk mengalirkan darah dengan ke area jantung yang mengalami kekurangan suplai darah.
Saat memutuskan operasi bypass, para dokter akan memutuskan melalui forum diskusi medis. Dengan demikian, setiap pasien yang diputuskan untuk menjalani operasi bypass jantung sudah melalui tahap evaluasi dari berbagai disiplin ilmu kedokteran, sehingga pasien bisa ditangani secara komprehensif.
Heston menyampaikan, operasi bedah bypass jantung dilakukan secara on pump (dengan alat mesin jantung paru/heart lung machine), atau dengan off pump (tanpa alat mesin jantung paru). Operasi bedah bypass jantung secara off pump punya kelebihan, yakni pemulihan lebih cepat dan efek samping pada otak minimal.
Pemulihan Lebih Cepat Pasca Tindakan
Direktur RS Jantung Diagram Dr. Hoyi Siantoresmi menambahkan, kelebihan lain dari penanganan operasi bedah bypass jantung di RS Jantung Diagram adalah proses pemulihan yang relatif cepat. “Mobilisasi dini dan program rehabilitasi medik yang terpadu dengan perawatan pasien mempunyai andil dalam mempercepat pemulihan pasien pasca operasi,” tuturnya.
RS Jantung Diagram menyediakan layanan operasi bedah bypass jantung sejak 2006. Dari 2021 sampai Juli 2022, jumlah operasi bedah bypass jantung di RS Jantung Diagram mencapai lebih dari 100 tindakan, dengan tingkat keberhasilan 98,5 %. Selain itu, lama rawat inap pasien pasca operasi bedah bypass jantung di rumah sakit yang berlokasi di CInere Depok rata-rata selama 5 sampai 7 hari.
Pasca operasi, setelah pasien pulang ke rumah, perawat RS Jantung Diagram akan melakukan pemantauan setiap hari melalui telepon atau WA. “Agar pasien dapat merawat luka operasi secara baik dan benar, juga minum obat secara teratur, sampai waktunya kontrol kembali ke rumah sakit,” ujar Hoyi.
Bagi pasien dari luar Jakarta, sebut Hoyi, RS Jantung Diagram menyediakan rumah singgah bagi pasien dan keluarganya yang ingin tinggal sementara di Jakarta sampai kondisinya pulih kembali.
Tindakan operasi bedah jantung bypass ini bisa menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan, selain asuransi mandiri/swasta. (BS)