Berandasehat.id – Pengurangan asupan kalori telah terbukti meningkatkan kesehatan dan umur pada hewan laboratorium, dan penelitian terbaru menunjukkan manfaat ini dapat meluas ke manusia juga. Dalam sebuah studi baru, para peneliti Yale menunjukkan bahwa pembatasan kalori moderat pada individu dapat mengurangi produksi protein yang disebut SPARC, yang kemudian mengendalikan peradangan berbahaya dan meningkatkan kesehatan di usia lanjut.
Ini bisa menjadi target untuk memperpanjang rentang kesehatan manusia, simpul studi yang dipublikasikan di jurnal Immunity, 12 Agustus 2022.
Studi yang dipimpin oleh Vishwa Deep Dixit, Profesor Patologi Waldemar Von Zedtwitz, dan Direktur Pusat Penelitian Yale untuk Penuaan, mengikuti sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun ini yang mengidentifikasi manfaat kesehatan utama dari pengurangan kalori dalam jumlah sedang pada manusia.

Dalam studi baru, Dixit dan rekan penulisnya menganalisis lebih lanjut data dari uji klinis yang didanai oleh National Institutes of Health. Dalam uji coba, yang dikenal sebagai Penilaian Komprehensif Efek Jangka Panjang Pengurangan Asupan Energi (CALERIE), beberapa peserta mengurangi asupan kalori mereka sebesar 14% selama dua tahun, sementara yang lain makan seperti biasa. Peneliti kemudian melacak efek kesehatan jangka panjang.
Dixit dan rekan-rekannya menganalisis data percobaan untuk mengidentifikasi molekul yang bertanggung jawab atas efek positif dari pengurangan kalori dan dapat menjadi target untuk pengobatan terapeutik.
Mencari perubahan genetik pada jaringan lemak peserta setelah satu dan dua tahun, mereka menemukan bahwa peserta studi yang mengonsumsi lebih sedikit kalori telah mengurangi jumlah protein yang disebut SPARC—atau protein yang disekresikan asam dan kaya sistein—yang telah dikaitkan dengan obesitas, diabetes, dan peradangan.
“Karena peradangan memainkan peran besar dalam penurunan terkait usia, kami ingin lebih memahami apakah intervensi pro-panjang umur seperti pembatasan kalori bekerja melalui SPARC dalam mengendalikan peradangan dan respons imun,” kata Dixit.
Jadi, untuk menggali lebih dalam kontribusi SPARC terhadap peradangan, mereka mempelajari efek protein pada sel kekebalan tikus dan kesehatan tikus.
Para peneliti menemukan bahwa SPARC memicu peradangan dengan mengubah sel-sel kekebalan anti-peradangan yang disebut makrofag menjadi keadaan pro-peradangan. Namun, menurunkan produksi SPARC oleh sel-sel lemak pada tikus mengurangi peradangan, meningkatkan metabolisme, dan memperpanjang rentang kesehatan mereka seiring bertambahnya usia. “Temuan ini dapat mengarah pada pencegahan penurunan kesehatan terkait usia,” terang Dixit.
“Kami sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana SPARC mempengaruhi peradangan dan rentang kesehatan dengan bertindak pada makrofag. Dan itu mungkin menjadi target yang berguna untuk mendorong manfaat kesehatan dari pembatasan kalori tanpa harus benar-benar mengubah asupan kalori,” tandas Dixit. (BS)