Berandasehat.id – Di tengah pandemi global, berbagai kelompok di seluruh dunia telah mengembangkan vaksin untuk melindungi atau mengurangi gejala orang dari/dengan COVID-19. Dan dari 172 vaksin yang dikembangkan hingga saat ini, 40 di antaranya berbasis RNA. Vaksin paling terkenal telah dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna, dan keduanya terbukti efektif dalam mencegah gejala serius.
Sebuah tim peneliti yang berafiliasi dengan beberapa entitas di Thailand, bekerja sama dengan dua rekan dari AS dan dua dari Kanada, telah mengembangkan vaksin mRNA COVID-19 yang dapat disimpan di lemari es dengan aman hingga tiga bulan sebelum digunakan. Tim menamai vaksin itu ChulaCov19.
Dalam makalah mereka yang diterbitkan di jurnal Nature Microbiology, kelompok tersebut menjelaskan perbedaan antara vaksin mereka dan vaksin mRNA COVID-19 lainnya.
Vaksin Pfizer dan Moderna juga dapat disimpan di lemari es, meskipun waktu penyimpanan maksimumnya sangat berbeda. Vaksin Pfizer dapat disimpan selama 10 minggu dan vaksin Moderna hanya 30 hari. Untuk waktu yang lebih lama, keduanya harus dibekukan pada suhu yang sangat dingin, Pfizer pada suhu -60°C dan -15°C untuk Moderna.
Persyaratan ini merupakan rintangan yang signifikan untuk digunakan di negara-negara dunia ketiga. Dalam upaya baru ini, para peneliti telah memperpanjang waktu pendinginan hingga tiga bulan dengan vaksin terbaru.

Vaksin baru dibuat dengan cara dasar yang sama seperti vaksin Moderna dan Pfizer: mRNA digunakan untuk mendorong tubuh memproduksi protein lonjakan (spike) COVID-19. Vaksin ini juga menggunakan lipid untuk menutupi mRNA, tetapi menggunakan yang berbeda dari Moderna atau Pfizer, sehingga tidak cepat rusak di lemari es.
Juga, vaksin baru tidak distabilkan dengan prefusi, sebuah proses yang membantu protein lonjakan terbentuk di dalam tubuh. Pengujian vaksin baru menunjukkan bahwa itu sama efektifnya dengan dua vaksin lainnya tanpa stabilisasi.
Pengujian menemukan itu efektif terhadap varian Delta, Gamma, Beta dan Alfa, meskipun ternyata kurang efektif terhadap varian Omicron. Selain itu, efek samping dari vaksin serupa dengan yang ditemukan pada dua vaksin lainnya. Vaksin baru saat ini sedang dalam uji klinis Fase II, demikian dilaporkan Sains x Network. (BS)