Berandasehat.id – Satu dari lima bayi yang baru lahir mungkin tidak memiliki antibodi campak yang diturunkan dari ibu, menurut peneliti dari Children’s Hospital of Philadelphia (CHOP) dan Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania. Studi ini menunjukkan bahwa strategi lain mungkin perlu dipertimbangkan jika terjadi wabah campak yang menyerang bayi sebelum mereka dapat menerima vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) pada usia 12 bulan.

Studi tersebut menganalisis sampel serum biobank yang dikumpulkan dari 550 pasien yang dirawat di rumah sakit yang melahirkan antara April hingga Oktober 2021. Sampel serum diuji untuk rubella dan campak. Rubella biasanya diuji pada saat kehamilan, tetapi bukan campak.

Dari 513 pasien yang memiliki sampel serum yang tersedia untuk tes campak, 103 dari 513 pasien tersebut (20,1%) adalah seronegatif. Selain itu, penelitian ini tidak menemukan bahwa rubella serostatus merupakan indikator yang efektif apakah ada antibodi campak.

Sementara ada tes lain yang tersedia untuk menentukan apakah pasien memiliki kekebalan terhadap virus campak, temuan ini menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang seronegatif tidak dilahirkan dengan kekebalan terhadap campak yang diturunkan secara alami dari ibu.

“Mungkin ada cara lain untuk menentukan apakah ibu memiliki kekebalan, tetapi bayi mereka pasti tidak memiliki kekebalan itu jika ibu mereka dites seronegatif untuk antibodi campak,” kata Dustin Flannery, DO, ahli neonatologi CHOP di Rumah Sakit Pennsylvania dikutip dari laman MedicalXpress.

“Tantangannya kemudian menjadi, jika terjadi wabah, tindakan apa yang tepat untuk memastikan bayi di bawah 12 bulan memiliki setidaknya beberapa tingkat perlindungan,” ujarnya lebih lanjut.

Para penulis menyarankan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang seronegatif untuk antibodi campak dapat memperoleh manfaat dari vaksinasi dini tambahan selama wabah penyakit, sebuah strategi yang disarankan oleh penelitian sebelumnya, yang diterbitkan dalam The Lancet Infectious Diseases, sebagai cara yang mungkin untuk meningkatkan kekebalan selama wabah dan sudah digunakan sebagai strategi saat bepergian ke daerah di mana tingkat vaksinasi campak rendah.

Temuan ini dipublikasikan dalam surat penelitian di Journal of American Medical Association (JAMA), baru-baru ini. (BS)

Advertisement